Guo Jing pergi ke arah asal suara ular itu. Setelah puluhan langkah di bawah sinar rembulan yang terang, ia melihat jutaan ular hijau berkerumun merayap bersama. Bersama-sama mereka ada lebih dari sepuluh orang yang mengenakan pakaian putih dan membawa tiang panjang menggiring ular.

Guo Jing menelan ludah, ia sangat terkejut, “Apa yang dilakukan orang-orang itu dengan begitu banyak ular di tempat ini? Apa mungkin Racun Barat sudah tiba?” Tanpa mempedulikan keselamatannya sendiri, ia mendekat, menyelinap ke balik pepohonan dan mengikuti mereka ke utara. Beruntung orang-orang yang menggiring ular tidak punya kungfu tingkat tinggi, kalau tidak ia akan terdeteksi.

Seorang pelayan Huang Yaoshi yang bisu dan tuli itu terlihat di depan sekelompok orang, menunjukkan jalan. Mereka berjalan melalui jalan berkelok-kelok selama beberapa li melalui hutan dan melintasi sebuah bukit kecil sebelum akhirnya tiba di hamparan padang rumput yang luas. Di sebelah utara padang rumput ada hutan bambu. Begitu mereka semua berada di padang rumput, orang-orang berbaju putih meniup peluit mereka dan ular-ular itu berhenti dengan kepala terangkat tinggi.

Guo Jing tahu pasti ada sesuatu di hutan bambu itu dan ia ingin melihatnya, tetapi ia tidak berani menunjukkan diri dengan berjalan melintasi padang rumput. Jadi ia diam-diam berjalan ke timur dan kemudian berputar kembali ke utara, tetap membuka telinganya setiap saat, tapi hutan itu sunyi. Ia akhirnya tiba dan langsung memasuki hutan bambu hijau yang lebat.

Di dalam hutan itu ada sebuah pondok kecil yang dibangun dari bambu. Di bawah sinar bulan yang terang Guo Jing bisa melihat, tertulis di pintu pondok itu tiga karakter ini, Pondok Tua Hijau1. Di kedua sisi tergantung dua bait syair, “Di bawah bayang-bayang bunga persik, pedang dewa terbang”2 dan “Gelombang laut biru dari seruling giok”3.

Beberapa kursi bambu ditempatkan di bagian dalam pondok, kursi-kursi itu tampak kasar dan tua. Di bawah sinar rembulan yang terang bambu itu tidak lagi tampak hijau melainkan kuning mulus dan mengkilat. Pondok itu dibangun di antara dua pohon pinus besar. Batang dan dahannya menjulur seperti naga yang mengintai di kegelapan. Pohon-pohon itu berumur beberapa ratus tahun. Bambu hijau tua yang mengelilingi pondok bambu dan pepohonan memberi kesan asri dan indah.

Guo Jing menoleh ke belakang dan melihat bahwa ular-ular itu telah mengatur diri mereka dalam barisan di padang rumput. Baru sekarang ia menyadari bahwa ular-ular itu tidak hanya berwarna hijau tetapi juga jenis ular lainnya, ada ular derik, ular sisik emas, ular hitam dan jenis ular berbisa lainnya. Ular-ular itu terus menggerakkan kepalanya, yang membuat padang rumput tampak beriak seperti gelombang laut. Lidah mereka keluar-masuk dari mulut, tampak seperti lidah api kecil yang menari-nari.

Penggembala ular membelah massa ular mereka untuk membuka jalan di tengah. Puluhan wanita berpakaian putih berjalan membawa lampion merah. Beberapa zhang di belakang mereka, ada dua orang berjalan perlahan. Yang pertama mengenakan jubah satin putih panjang, disulam dengan benang emas dan memegang kipas lipat di tangannya. Itu tidak lain adalah Ouyang Ke.

Sesampainya di hutan bambu ia berkata dengan suara lantang dan jelas, “Ouyang Xiansheng dari Wilayah Barat mengunjungi Pemilik Pulau Bunga Persik, Huang Daozhu.”

“Ternyata benar-benar Racun Barat,” pikir Guo Jing, “Tidak heran ada semua kemegahan dan kemeriahan ini.” Ia mengalihkan pandangannya kepada pria di samping Ouyang Ke. Orang itu tinggi besar dan juga memakai pakaian putih, tapi karena cahaya datang dari belakangnya, Guo Jing tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.

Kedua orang itu berdiri di sana menunggu. Dari rumpun bambu keluar dua orang. Jantung Guo Jing melompat ke tenggorokannya dan ia hampir berteriak ketakutan, tidak lain adalah Huang Yaoshi yang memegang tangan Huang Rong, datang untuk menyambut para tamu.

Ouyang Feng bergegas maju dan mengangkat tangannya memberi hormat. Huang Yaoshi membalas dengan merangkapkan tangannya. Ouyang Ke benar-benar berlutut di tempat ia sedang berada, bersujud empat kali dan berkata, “Menantu kowtow kepada Ayah Mertua yang Terhormat dan berharap kedamaian dan kemakmuran Ayah Mertua Yang Terhormat.”

“Cukup!” Kata Huang Yaoshi, mengulurkan tangannya untuk mengangkatnya. Guo Jing dapat mendengar dengan jelas apa yang dikatakan kedua orang ini, hatinya kacau dan ia tidak tahu harus berbuat apa.

Ouyang Ke sudah mengantisipasi bahwa Huang Yaoshi pasti akan menguji kungfunya, jadi ia siap. Bahkan ketika bersujud ia sepenuhnya waspada. Tiba-tiba ia merasakan tangan kanannya sendiri bergerak ke arah tangan kirinya dan mendorongnya ke atas. Ia tersandung dan hampir jatuh telungkup di tanah, hanya dengan mengerahkan tenaga dalam ia akhirnya bisa tetap berdiri, tapi ia masih terhuyung-huyung. “Aduh!” serunya. Ouyang Feng segera merentangkan tongkat di tangannya dan menepuk punggung keponakannya dengan lembut. Ouyang Ke memanfaatkan kekuatan ini dan memantapkan dirinya.

Ouyang Feng tersenyum. “Bagus!” katanya. “Yao Xiong4, masa itu caramu menyapa menantu laki-lakimu pada pertemuan pertama… membuatnya jungkir balik?”

Huang Yaoshi mencibir. “Dia membantu orang lain menggertak muridku yang buta. Di lain saat dia menakut-nakutinya dengan ularnya. Aku ingin melihat kungfu macam apa yang dimilikinya.”

Ouyang Feng tertawa. “Itu kesalahpahaman kecil yang kekanak-kanakan, Yao Xiong, tolong jangan pedulikan dia. Anakku ini, apa dia cukup layak untuk menjadi pasangan putrimu itu?” Ia menoleh ke arah Huang Rong untuk memeriksanya, mendecakkan lidahnya karena kagum, ia melanjutkan, “Yao Xiong, dengan nona cilik yang cantik ini, hidupmu tidak kekurangan apa pun.”

Ia merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil bersulam. Ia membuka kotak itu dan memperlihatkan bola seukuran telur merpati. Bola itu bersinar terang dalam kegelapan dan menyilaukan mata. Ia menoleh ke Huang Rong dan tersenyum, “Ini adalah Pil Naga Badak, terbuat dari hewan paling langka di Wilayah Barat. Aku menyempurnakannya lagi dengan beberapa bahan obat lain. Saat kau memakainya, kau tidak akan terpengaruh oleh ratusan jenis racun. Ini adalah satu-satunya di seluruh dunia. Nanti ketika kau menjadi istri keponakanku, kau tidak perlu takut dengan ular dan serangga berbisa milik pamanmu ini. Kegunaan pil Naga ini tidak dapat diabaikan, tetapi juga tidak dapat dianggap sebagai harta paling berharga di dunia. Ayahmu telah menjelajahi dunia, harta karun apa yang belum dilihatnya? Ini hanya hadiah pertemuan pertama dari rekannya dari daerah terpencil. Aku takut dia akan menertawakannya.” Kemudian ia memberikan kotak itu kepada Huang Rong.

Ouyang Feng seorang ahli racun, dengan memberikan penolak racun yang berharga ini sebagai mas kawin, ia menunjukkan ketulusannya dan berharap dapat memenangkan hati Huang Yaoshi.

Guo Jing melihat semuanya. “Rong’er selalu baik padaku, dia tidak akan berubah pikiran. Tentunya dia tidak menerima hadiah pertemuan pertamamu,” pikirnya. Tapi di luar dugaan, dia mendengar Huang Rong berkata sambil tersenyum, “Terima kasih banyak!” dan mengulurkan tangan untuk menerimanya.

Begitu Ouyang Ke melihat kulit dan wajah seputih salju Huang Rong yang secantik bunga, jiwanya telah terbeli, sekarang ia melihat gadis tersenyum padanya, seluruh tubuhnya meleleh, sementara ia berpikir, “Karena ayahnya sudah setuju untuk menikahkannya denganku, sikapnya terhadapku secara alamiah tidak sama seperti sebelumnya.” Ia merasa sombong. Tapi tiba-tiba sebuah logam melintas ke arahnya. “Celaka!” teriaknya, dan segera membungkukkan tubuhnya ke belakang menggunakan gerakan Jembatan Besi5.

“Apa yang kau lakukan?” seru Huang Yaoshi marah. Lengan kirinya menjentikkan dan menjatuhkan sebagian besar jarum baja yang ditembakkan Huang Rong, sementara dengan punggung tangan kanannya ia mendorong bahu anaknya ke belakang.

“Wah!” Huang Rong menangis. “Ayah, lebih baik kau bunuh aku,” serunya. “Aku lebih baik mati daripada menikahi barang jelek ini.”

Ouyang Feng menyodorkan pil Naga ke tangan Huang Rong sementara tangannya yang lain dengan lembut menangkis telapak tangan Huang Yaoshi. “Putrimu baru saja menguji kungfu keponakanku, mengapa kau begitu serius?” Karena ia menyerang putrinya sendiri, telapak tangan Huang Yaoshi secara alamiah tidak punya banyak tenaga. Tangan Ouyang Feng juga tidak mengandung banyak tenaga.

Saat Ouyang Ke menegakkan tubuhnya, ia merasakan sakit di dada kirinya, ia tahu ia telah terkena satu atau dua jarum. Tapi karena keangkuhannya ia tidak ingin orang lain tahu, jadi ia tetap memasang wajah datar. Tapi ia malu. “Lagipula dia tidak ingin menikah denganku,” pikirnya.

Ouyang Feng tersenyum, “Kakak Yao, sejak pertemuan terakhir kita di Gunung Hua, kita sudah tidak bertemu selama lebih dari dua puluh tahun. Sekarang setelah kau menerima lamaran keponakanku, kalau kau punya urusan yang bisa kubantu, saudaramu ini tidak akan berani menolak.”

“Siapa yang berani menantangmu, Racun Tua?” jawab Huang Yaoshi. “Kau tinggal di Wilayah Barat selama dua puluh tahun, kungfu baru apa yang kau kuasai? Ayo, biar kulihat.”

Segera setelah Huang Rong mendengar ayahnya menyebutkan ‘kungfu baru’, minatnya bangkit. Ia menyeka air matanya dan bersandar pada ayahnya. Matanya menatap tajam ke arah Ouyang Feng. Ia melihat tongkat hitam melengkung di tangannya dan tampak seperti terbuat dari baja. Kepala tongkat menyerupai wajah laki-laki dengan mulut terbuka memperlihatkan dua baris gigi tajam. Wajahnya tampak jelek dan menakutkan. Yang lebih menakjubkan adalah ada beberapa ular bersisik perak yang merayap naik turun tongkat.

Ouyang Feng tersenyum. “Dulu kungfuku lebih rendah darimu, dan sekarang aku menyia-nyiakan lebih dari dua puluh tahun, aku pasti masih tidak akan bisa menandingimu,” katanya. “Kita sudah jadi besan sekarang. Kupikir aku ingin tinggal di Pulau Bunga Persik selama beberapa hari dan meminta nasihatmu.”

Ketika Ouyang Feng mengirim utusan untuk melamar anaknya, Huang Yaoshi berpikir bahwa Ouyang Feng adalah salah satu dari segelintir orang yang kungfunya dapat dibandingkan dengan miliknya. Karena Ouyang Feng adalah orang terpelajar, maka keponakannya juga pasti demikian. Ia tahu putrinya keras kepala dan berkemauan keras. Jika ia menikah dengan sembarang orang, ia takut Huang Rong akan menggertak suaminya. Selain itu ia membenci bocah bermarga Guo yang disukai putrinya itu. Ouyang Ke tidak hanya berpendidikan tinggi, tetapi kungfunya juga bagus, tidak terlalu banyak pemuda yang pantas memegang lilin untuknya. Itulah alasan kenapa ia menerima lamaran mereka. Tapi sekarang saat ia mendengarkan mulut manis Ouyang Feng, ia tidak bisa menahan perasaan curiga. Ia tahu Ouyang Feng licik dan banyak akal bulus, dan Ouyang Feng tidak akan dengan mudah mengakui kekalahan kepada orang lain dalam hal kungfu. Jurus Kodoknya sudah dipatahkan oleh Yi Yang Zhi milik Wang Chongyang, apa mungkin sekarang ia sudah pulih? Huang Yaoshi mengeluarkan seruling gioknya dan berkata, “Tamu terhormat yang datang dari jauh, saudaramu akan memainkan sebuah lagu untuk menghiburmu. Silakan duduk dan dengarkan lagu ini.”

Ouyang Feng tahu Huang Yaoshi akan memainkan Bi Hai Chao Sheng Qu untuk menguji tenaga dalamnya, jadi ia tersenyum tipis dan melambaikan tangan kirinya. Tiga puluh dua gadis pembawa lentera berpakaian putih segera melangkah maju dan berlutut di depan mereka. Ouyang Feng tersenyum dan berkata, “Saudaramu telah mendapatkan tiga puluh dua gadis ini dari berbagai daerah di Barat. Terimalah ini sebagai hadiahku untuk seorang teman lama. Mereka dilatih menyanyi dan menari meskipun mereka berasal dari tempat yang tidak berbudaya, tentu saja mereka tidak bisa dibandingkan dengan gadis-gadis cantik Jiangnan.”

“Saudaramu tidak terlalu menikmati hadiah seperti ini,” jawab Huang Yaoshi, “Sejak istriku meninggal, aku menganggap wanita cantik di dunia sebagai kotoran. Aku tidak berani menerima hadiah dermawan dari Saudara Feng.”

“Apa salahnya sedikit hiburan untuk melewatkan waktu?” kata Ouyang Feng sambil tertawa.

Huang Rong memperhatikan bahwa kulit para wanita ini cerah dan berwarna putih. Mereka bertubuh tinggi dan beberapa dari mereka berambut pirang dan bermata biru, hidung mereka mancung dan mata mereka dalam, sehingga mereka benar-benar berbeda dari para wanita di Dataran Tengah. Tapi mereka cantik dan memiliki penampilan menggoda, yang akan menarik perhatian orang yang memandang mereka.

Ouyang Feng bertepuk tangan tiga kali dan delapan wanita mengeluarkan berbagai alat musik. Mereka mulai bermain sementara dua puluh empat wanita lainnya mulai menari mengikuti irama. Alat musik serta nadanya berbeda dari yang biasa dimainkan di Dataran Tengah, dan terdengar aneh di telinga Huang Rong. Ia melihat wanita barisan depan membungkuk, berbelok ke kiri dan kemudian kembali ke kanan, tubuh mereka sangat lentur. Baris berikutnya melakukan hal yang sama seperti itu. Baris demi baris menari secara berurutan, menyerupai seekor ular besar. Setelah beberapa saat, setiap wanita merentangkan kedua tangannya, dari ujung tangan kiri ke ujung tangan kanan, tubuh mereka bergoyang mengikuti nada yang mengingatkannya pada ular yang merayap di tanah.

Huang Rong ingat Tinju Ular Ouyang Ke, jadi ia melirik ke arahnya, dan ternyata Ouyang Ke sedang menatapnya dengan penuh perhatian. Ia sangat membencinya dan berharap ayahnya tidak mencegat jarumnya. Ia akan menemukan cara lain untuk menghabisinya, dan bahkan jika ayahnya memaksanya untuk menikah, orang itu sudah mati. Itu disebut taktik ‘Hapus Kayu Bakar dari Bawah Panci’. Setelah memikirkan hal ini, ia senang dan senyum muncul di wajahnya. Ouyang Ke melihat senyumnya yang tiba-tiba dan berpikir bahwa ia tersenyum kepadanya. Ia sangat gembira sehingga ia sejenak melupakan rasa sakit di dadanya.

Saat ini gerakan tarian para wanita itu semakin menggairahkan. Tubuh mereka bergerak secara erotis saat tangan mereka membelai pantat mereka sendiri, lalu bergerak ke atas ke payudara mereka, kemudian mereka membuka kancing baju mereka sehingga memperlihatkan tubuh bagian atas mereka dan berpose dalam berbagai postur.

Orang-orang yang menggiring ular itu memejamkan mata mereka rapat-rapat, mereka tidak berani melihat. Meskipun begitu pikiran mereka tetap saja terganggu.

Huang Yaoshi hanya tersenyum, meletakkan seruling ke bibirnya, dan ia mulai memainkan nada. Tubuh para wanita itu tiba-tiba bergetar dan gerakan tarian mereka menjadi kacau. Beberapa saat kemudian musik dan tarian mereka terseret mengikuti suara seruling.

Ouyang Feng tahu ada yang tidak beres, ia bertepuk tangan dan seorang gadis melangkah maju membawa sitar besi. Ouyang Ke mulai merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Kedelapan wanita yang memainkan alat musik telah kehilangan kendali diri dan mengikuti irama seruling. Orang-orang yang bertanggung jawab atas ular melompat-lompat seperti orang gila di antara ular-ular itu.

Ouyang Feng memainkan beberapa nada pada sitarnya yang menghasilkan suara metalik seperti kuda besi yang menyerbu ke arah musuh, kebalikan dari suara gumaman lembut seruling. Huang Yaoshi tersenyum dan berkata, “Ayo, ayo! Mari kita berduet.” Begitu seruling lepas dari bibirnya, semua orang terlepas dari kondisi histerisnya.

“Semuanya tutup telingamu! Huang Daozhu dan aku akan bermain musik,” seru Ouyang Feng. Orang-orang yang datang bersamanya tahu bahwa lagu itu pasti bukan lagu biasa. Mereka langsung mengambil apa saja, termasuk potongan pakaian mereka sendiri yang bisa digunakan untuk menutup telinga. Mereka meletakkan lapis demi lapis kapas dan potongan-potongan pakaian untuk menyumbat telinga mereka, tapi mereka masih takut suara itu akan menembus sumbat itu. Ouyang Ke juga mengeluarkan beberapa bola kapas untuk menyumbat telinganya.

“Ayahku memainkan serulingnya untuk menghibur kalian semua. Ini adalah kehormatan besar bagi kalian, tapi kalian semua menutup telinga. Itu sangat kasar! Kalian datang ke Pulau Bunga Persik sebagai tamu, tapi kalian berani menghina tuan rumah!” ejek Huang Rong.

“Jangan kasar!” Huang Yaoshi memarahinya. “Yang tidak berani mendengarkan serulingku sebenarnya lebih waras. Mereka sudah belajar dari pengalaman, hahaha… Keahlian sitar besi pamanmu dianggap yang terbaik di dunia, kau berani mendengarnya? Kau ingin menguji dirimu sendiri? Kemudian ia mengambil saputangan sutra dari sakunya, merobeknya menjadi dua bagian dan menyuruh Huang Rong menutupi telinganya dengan itu.

Guo Jing penasaran ingin mendengarkan suara sitar besi terbaik di dunia, jadi ia maju beberapa langkah.

Huang Yaoshi menoleh ke Ouyang Feng, “Ularmu tidak bisa menutupi telinganya.” Kemudian ia menoleh ke arah pelayannya yang tuli dan bisu. Ia membuat beberapa gerakan dan pelayan itu menganggukkan kepalanya. Pelayan itu kemudian memberi isyarat kepada para penggembala ular untuk pergi dengan melambaikan tangannya. Orang-orang ini telah menunggu kesempatan untuk pergi dari tempat itu, segera setelah Ouyang Feng mengangguk setuju mereka buru-buru menggiring ular-ular itu pergi dengan pelayan tuli dan bisu memimpin jalan.

Ouyang Feng berkata, “Kungfu adikmu kurang bagus. Aku harus minta Yao Xiong mengurangi tenagamu sampai tiga puluh persen.” Ia duduk bersila di atas batu besar dengan sitar di pangkuannya dan segera menggunakan jari tangan kanannya untuk memetik beberapa senar.

Qin Zheng asli6 menghasilkan nada sedih dan melengking. Sitar besi Wilayah Barat ini menghasilkan suara yang lebih menyedihkan. Guo Jing tidak mengerti musik, tapi irama sitar mempengaruhi perasaannya. Semakin keras suara sitar, semakin keras detak jantungnya. Semakin cepat nada sitar, semakin cepat napasnya. Jantungnya berdebar sangat keras, hampir melompat keluar dari tenggorokannya. Itu adalah perasaan yang sangat tidak nyaman. Setelah mendengarkan beberapa saat lagi, ia merasakan jantungnya berdetak kencang dan ia harus berjuang keras untuk tetap sadar. “Kalau sitar ini semakin kuat dan nyaring, bagaimana mungkin aku tidak terbunuh oleh iramanya?” pikirnya. Ia segera mundur beberapa langkah dan mengedarkan ‘qi’-nya sesuai dengan metode Quanzhen. Setelah beberapa saat ia berhasil menenangkan hatinya dan musik sitar tidak lagi mempengaruhi dirinya.

Irama sitar semakin nebghanyutkan dan dalam benak Guo Jing itu mirip gemuruh metalik dari kavaleri lapis baja yang bergerak dengan kecepatan penuh. Nada tipis dari seruling batu giok tampak naik dengan mulus di tengah-tengah nada sitar yang meraung-raung. Guo Jing gemetar, wajahnya merah karena panas dan ia berkeringat deras. Sekali lagi ia dengan segera mengedarkan qi-nya mencoba untuk lebih menenangkan dirinya.

Meskipun sitar itu keras, tapitidak mampu meredam suara seruling. Dua nada berbeda bercampur, menciptakan melodi yang menakutkan. Sitar besi menjerit seperti kera dari Ngarai Wuxia7 atau tangisan hantu di tengah malam, sementara suara seruling itu seperti Phoenix dari Pegunungan Kunlun atau gumaman lembut dari wanita di dalam kamarnya. Yang satu menyerupai tangisan jiwa yang memilukan, sementara yang lain membawa perasaan seseorang yang dengan santai berkeliaran di hutan belantara. Yang satu tinggi, yang lain rendah, yang satu bergegas maju, yang lain dengan santai mundur, tidak ada yang mengalahkan saingannya.

Awalnya Huang Rong menyaksikan keduanya memainkan musik dengan senyum di wajahnya, tetapi kemudian ia melihat ekspresi mereka menjadi serius. Ayahnya berdiri dan mulai berjalan berkeliling sambil memainkan serulingnya. Langkahnya sebenarnya mengikuti Delapan Trigram. Ia tahu ini adalah gerak kaki yang diikuti ayahnya ketika sedang mengerahkan tenaga dalamnya, itu menunjukkan betapa sengitnya pertempuran itu untuk ayahnya, karena ia terpaksa menggunakan seluruh kekuatannya. Berbalik ke arah Ouyang Feng ia tidak melihat sesuatu yang lebih baik. Uap tebal keluar dari atas kepalanya sementara lengan bajunya berkibar mengikuti gerakan tangannya ketika ia memetik senar. Hembusan angin bertiup kemana-mana. Wajahnya tampak sangat fokus pada permainan sitarnya, jelas ia tidak berani lengah.

Di hutan bambu, Guo Jing mendengarkan musik dengan penuh perhatian. Ia merenungkan dalam hatinya apa hubungan kedua alat musik ini – sitar besi dan seruling giok – dengan ilmu silat? Keduanya terdengar sangat jahat baginya, bagaimana suara bisa mempengaruhi hati dan pikiran orang lain? Awalnya ia terlalu sibuk mengedarkan ‘chi’-nya dan menenangkan hati dan pikirannya, namun lambat laun ia mampu mengendalikan diri dan mengikuti aliran suara suling dan sitar. Beberapa saat kemudian ia mulai menyadari bahwa kedua suara itu sebenarnya saling bertarung. Ketika satu suara menyerang, suara lainnya mengambil posisi bertahan. Terkadang yang satu menyerang yang lain dengan ganas, sementara yang lain memblokir serangan sambil menunggu kesempatan bagus untuk melakukan serangan balik. Itu benar-benar tidak berbeda dengan pertarungan antara dua ahli kungfu. Setelah merenungkan lebih banyak lagi, tiba-tiba ia sadar, “Benar! Huang Daozhu sedang adu tenaga dalam dengan Ouyang Feng.” Karena ingin memahami dengan lebih baik, ia memejamkan mata dan memberikan perhatian penuh pada telinganya.

Ia mulai mendengar kedua suara itu saling bergantian mengungguli lawannya. Karena buta musik, suara musik itu tidak dapat mempengaruhi semangatnya, tetapi ia merasakan keterbukaan di hatinya seolah-olah ia sedang melihat sesuatu yang cerah. Zhou Botong mengajarinya jurus tujuh puluh dua Tinju Kosong yang dasarnya berasal dari kata ‘kosong/kosong/terbuka’ dan ‘jernih/terang’. Dengan pikirannya yang sepenuhnya reseptif dan rapi, ia dapat dengan jelas ‘melihat’ setiap detail dari pertarungan tenaga dalam antara Huang Yaoshi dan Ouyang Feng. Memang benar tenaga dalamnya masih kalah dengan kedua ahli itu, tetapi ia telah meningkat pesat bahkan tanpa disadari. Selain itu, sebagai penonton ia bisa melihat lebih baik daripada keduanya yang terlibat dalam pertempuran. Ia sering bertanya-tanya mengapa Zhou Botong tidak bisa menahan suara seruling sementara dengan tenaga dalamnya yang rendah ia bisa. Ia tidak tahu bahwa Zhou Botong membawa rasa bersalah yang berat di dalam hatinya karena apa yang telah dilakukannya di masa lalu. Bukan murni karena kuatnya tenaga dalam seseorang yang memungkinkan orang itu menahan suara seruling.

Sekarang Guo Jing mendengar suara sitar Ouyang Feng melabrak alunan seruling Huang Yaoshi dengan kekuatan sekuat petir. Seruling itu mengelak ke timur dan barat, dan segera setelah ada celah pada nada sitar, seruling itu akan segera melakukan serangan balik. Setelah beberapa saat suara sitar perlahan melambat, sementara seruling menjadi lebih kuat. Tiba-tiba Guo Jing teringat teori di balik Tinju Kosong yang dihafalkannya. Dikatakan, ‘Keras tidak boleh bertahan lama dan lunak tidak boleh bertahan lama’. Ia berpikir, “Tidak lama lagi sitar akan meluncurkan serangan balik.” Benar saja, ketika seruling melambat sedikit, dentingan sitar tiba-tiba terdengar kembali melakukan serangan.

Guo Jing telah menghafal teorinya dengan baik, tetapi persepsinya masih rendah. Zhou Botong tidak menjelaskan arti dari kata-kata yang disampaikannya kepada Guo Jing, sehingga pemahamannya secara keseluruhan mungkin hanya sekitar sepuluh persen. Sekarang saat ia mendengarkan pertarungan musik antara Huang Yaoshi dan Ouyang Feng, ia mulai mengerti siapa yang melakukan apa. Itu mengikuti teori yang dihafalkannya dengan sangat baik. Dalam hati ia senang. Jiu Yin Zhen Jing berisi banyak teori kungfu tingkat lanjut. Kalau ia disuruh membedah teorinya, bahkan dengan bantuan orang lain, ia mungkin akan menghabiskan lebih dari satu tahun untuk mencoba memahami apa yang dikatakannya. Tapi saat ia mendengarkan dua lagu yang saling bertentangan, ia terus membandingkan pertarungan dengan teorinya. Melihat beberapa ketidaksesuaian antara teori dan situasi pertempuran nyata dan ia mengaitkan perbedaan itu dengan pemahamannya yang dangkal. Misalnya ada beberapa kesempatan di mana Huang Yaoshi jelas-jelas menang selama ia menjaga nada serulingnya konstan. Kemudian Ouyang Feng tidak mampu menahannya. Tapi Ouyang Feng juga melewatkan beberapa peluang yang bisa dimanfaatkan untuk meraih keuntungan. Guo Jing awalnya mengira mereka bersikap rendah hati dan mengalah, tapi setelah didengarkannya lagi dengan lebih cermat, ternyata bukan seperti itu.

Kecerdasannya mungkin tidak tinggi, tetapi setelah kedua orang itu berulang kali melakukan kesalahan serupa, ia mulai menyadari bahwa seruling dan sitar punya banyak kelemahan di pertahanan mereka. Setelah mendengarkan agak lebih banyak, sebuah pemikiran muncul di benaknya, “Dibandingkan dengan teori Tinju Kosong, serangan dan pertahanan mereka punya kelemahan dan kekurangan, mungkinkah teori yang diajarkan oleh Zhou Dage lebih baik daripada kungfu Huang Daozhu dan Racun Barat?” Tapi kemudian ia berubah pikiran, “Wah! Tidak mungkin! Kalau kungfu Zhou Dage benar-benar lebih baik daripada Huang Daozhu, mana mungkin setelah mereka begitu sering bertarung keduanya bertarung selama lima belas tahun, dia masih terkurung di dalam gua itu?”

Ia memeras otaknya sampai lama tanpa mencapai kesimpulan apapun, kemudian ia mendengar nada seruling naik lebih tinggi dan lebih tinggi lagi, dan kalau terus lebih tinggi, kekalahan Ouyang Feng sudah bisa dipastikan. Tapi seruling itu tidak bisa menaik lebih tinggi lagi, rupanya telah mencapai puncaknya. Guo Jing menahan tawa, “Aku benar-benar bodoh! Ada batas untuk apa yang bisa dicapai seseorang. Di antara keinginan hati, sembilan dari sepuluh tidak dapat dicapai. Aku tahu bahwa kalau kepalan tanganku dapat menghasilkan tenaga sepuluh ribu kati, aku akan bisa menghancurkan lawan menjadi debu, tapi bagaimana tinjuku bisa mengembangkan kekuatan sepuluh ribu kati itu? Guru Ketujuh sering berkata, ‘Melihat orang lain dengan mudah memikul beban di tiang tidak berarti kita bisa melakukan hal yang sama tanpa mematahkan punggung kita.’ Kalau hanya soal memikul beban mengikuti prinsip ini, apalagi kungfu!”

Suara musik menjadi semakin keras dan terdengar seperti keduanya terlibat dalam pertarungan tangan kosong, atau bertarung dalam jarak yang sangat dekat dengan pedang terhunus. Siapa pemenangnya akan segera terlihat. Guo Jing mencemaskan Huang Yaoshi, lalu ia tiba-tiba mendengar siulan panjang dan keras dari arah laut.

Baik Huang Yaoshi dan Ouyang Feng terkejut dan suara seruling serta sitar melambat. Suara siulan itu datang semakin dekat. Kedengarannya seperti seseorang sedang naik perahu menuju pulau. Ouyang Feng menggerakkan tangannya dan memetik dua nada metalik, ‘ting, ting!’ Suara siulan dari jauh semakin tinggi, dan mengalahkan sitar. Tidak lama kemudian seruling Huang Yaoshi bergabung. Terkadang seruling itu melawan siulan panjang dan terkadang terjerat dengan sitar dalam pertarungan jarak dekat. Tiga suara berbeda saling bertarung.

Guo Jing telah memainkan Pertarungan Empat Orang dengan Zhou Botong, jadi ia tidak punya masalah membagi pikirannya untuk membedakan beberapa suara. Ia tahu seorang pendekar senior dengan kungfu tingkat tinggi telah tiba.

Dengan segera orang yang mengeluarkan siulan panjang itu telah tiba di hutan. Suara siulan naik tinggi lalu rendah. Terkadang terdengar seperti teriakan naga atau auman singa, dan terkadang menyerupai lolongan serigala atau pekikan burung hantu. Kemudian terdengar seperti angin kencang bertiup melalui hutan, yang tiba-tiba berubah menjadi hujan rintik membasahi bunga. Alunannya terus berubah.

Suara seruling itu jernih dan cerah, suara sitarnya sangat sedih, namun kombinasi ketiganya menghasilkan suara indah yang misterius, yang tidak terdengar terlalu buruk sama sekali. Tiga suara yang berbeda saling bertemu dalam pertarungan jarak dekat.

Guo Jing kagum dan tidak bisa menahan seruannya, “Luar biasa!” Tapi begitu ia menutup mulutnya, ia menyadari bahwa ia telah membuat kesalahan besar. Ia bergegas pergi, tapi terlambat! Bayangan hijau melintas dan Huang Yaoshi berdiri di hadapannya. Ketiga suara itu tak terdengar lagi. Huang Yaoshi menunduk dan berkata, “Anak Baik, ikut aku.”

Guo Jing tidak punya pilihan dan dengan patuh menyapa, “Huang Daozhu.” Bulu kuduknya berdiri, sementara ia mengikuti Huang Yaoshi kembali ke pondok bambu.

Huang Rong masih menutupi telinganya dengan sutra, jadi ia tidak mendengar seruan Guo Jing. Sekarang Guo Jing tiba-tiba muncul dan ia sangat terkejut. “Jing Gege! Akhirnya kau datang… “ panggilnya. Ia gembira, tapi juga sedih, sebelum ia selesai berbicara, air mata sudah mengalir di pipinya. Ia bergegas maju dan melemparkan dirinya ke dada Guo Jing. Guo Jing membuka lengannya dan memeluknya erat-erat.

Sekarang setelah Guo Jing muncul, Ouyang Ke kesal, kemudian saat ia melihat betapa akrabnya Huang Rong dengan Guo Jing, hatinya terbakar oleh cemburu. Dengan hembusan angin tinjunya melayang ke wajah Guo Jing. “Bocah tengik… kau juga di sini!” bentaknya.

Dia pikir kungfunya lebih tinggi dari Guo Jing, dan lagi serangannya bisa dianggap sebagai serangan mendadak, dan Guo Jing tidak siap. Melontarkan pukulan dengan penuh kebencian, ia mengira ia akan mematahkan hidung Guo Jing. Sedikit pun ia tidak mengira bahwa Guo Jing sekarang bukanlah Guo Jing yang sama seperti saat mereka bertarung di Kuil Leluhur Baoying. Guo Jing melihat kepalan datang dan ia mencondongkan tubuh ke samping untuk menghindar, kemudian tangan kirinya melontarkan Hong Jian Yu Lu sementara tangan kanannya melontarkan Kang Long You Hui keduanya dari Delapan Belas Jurus Penakluk Naga.

Delapan Belas Jurus Penakluk Naga tak tertandingi di dunia persilatan, satu jurus saja sangat sulit untuk ditahan, apalagi dua jurus sekaligus. Ouyang Ke tidak bisa menghadapinya. Huang Yaoshi dan Ouyang Feng sebenarnya berdiri di dekatnya, tetapi mereka tidak mengantisipasi serangan balik Guo Jing. Keduanya kaget dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Ouyang Ke melihat tangan kiri lawannya mengancam sisi kanan tubuhnya. Ia tahu Delapan Belas Jurus Penakluk Naga sangat dahsyat, dan ia hanya bisa menghindar tetapi tidak bisa menangkis. Dengan cepat ia mencondongkan tubuhnya ke kiri tepat pada saat yang sama dengan Kang Long You Hui tangan kanan Guo Jing masuk.

Ia menyadari kedahsyatan serangan lawannya, jadi ketika tangan Guo Jing tiba ia sudah memusatkan tenaga dalamnya ke dada untuk melindungi jantung dan paru-parunya dari terjangan tenaga yang masuk. Selanjutnya begitu terpukul ia berusaha memperkecil cedera dengan melompat. Tenaga luar biasa dari tangan Guo Jing menambah dorongan tenaganya sendiri dan mengirimnya terbang menuju ke atap pondok bambu. Ia berhasil mendarat dengan berdiri, meskipun terhuyung-huyung, lalu perlahan meluncur ke bawah. Ia sangat malu dan dadanya sakit parah. Ia berjalan mundur perlahan.

Serangan balik Guo Jing mengejutkan Si Sesat Timur dan Racun Barat, dan memberi Ouyang Ke pelajaran yang tidak mudah dilupakan. Aksi itu juga menerima sambutan meriah dari Huang Rong. Ia bertepuk tangan dan melompat-lompat dengan sangat gembira. Guo Jing sendiri tidak menyadari bahwa kungfunya telah berkembang pesat. Ia hanya berpikir bahwa Ouyang Ke lengah dan ceroboh. Ia takut Ouyang Ke akan melancarkan serangan balik, jadi ia mundur dua langkah dan menunggu lawannya dengan penuh perhatian.

Ouyang Feng memelototi Guo Jing dengan marah sambil berteriak keras, “Hong Laogai8… selamat atas muridmu yang baik!”

Huang Rong telah melepas saputangan sutra dari telinganya dan setelah mendengar panggilan keras Ouyang Feng, ia tahu Hong Qigong telah tiba. Benar-benar penyelamat yang dikirim dari Surga. Ia bergegas keluar dari hutan bambu dan dengan keras memanggil, “Shifu! Shifu!”

Huang Yaoshi tercengang, “Mengapa Rong’er memanggil Pengemis Tua Hong ‘Shifu’?” Tepat pada saat itu Hong Qigong muncul dengan botol arak merah9 di punggungnya, tongkat bambu di tangan kanannya, tangan Huang Rong di tangan kirinya dan tersenyum lebar saat memasuki hutan bambu.

Huang Yaoshi dan Hong Qigong saling menyapa dan berbasa-basi. Kemudian Huang Yaoshi menoleh ke putrinya dan bertanya, “Rong’er, tadi kau panggil Qigong apa?”

“Qigong Qianbei sudah menerimaku menjadi muridnya,” jawab Huang Rong.

Huang Yaoshi sangat senang. Ia menoleh kepada Hong Qigong sambil berkata, “Jadi Qi Xiong menerima putriku? Saudaramu sangat menghargai itu. Tapi putriku nakal. Kuharap Saudara Qi akan mendidiknya baik-baik.” Berbicara demikian, ia mengangkat tangannya untuk memberi hormat.

Hong Qigong tersenyum. “Kungfu Yao Xiong luas dan mendalam. Gadis cilik ini tidak akan bisa mempelajari semuanya seumur hidupnya, kenapa aku harus ikut campur? Tapi karena kau bertanya, alasanku mengambilnya sebagai murid adalah supaya aku bisa makan gratis. Ia menyiapkan banyak makanan enak untukku, jadi kau tidak perlu berterima kasih,” katanya. Huang Yaoshi dan Hong Qigong tertawa terbahak-bahak.

Huang Rong mengarahkan jarinya ke Ouyang Ke dan berkata, “Ayah, orang jahat ini menggangguku. Kalau bukan karena Qigong Qianbei menjagaku atas nama ayah, ayah tidak akan bertemu Rong’er lagi secepat ini.”

“Omong kosong!” tegur Huang Yaoshi. “Buat dia bisa mengganggumu tanpa alasan?”

“Kalau kau tidak percaya, tanya dia!” jawab Huang Rong. Ia berpaling ke arah Ouyang Ke dan berkata, “Kau harus bersumpah, kalau kau menjawab pertanyaan ayahku dengan setengah kebohongan saja, maka suatu hari ular berbisa di tongkat pamanmu akan menggigitmu.”

Mendengarkan kata-katanya, wajah Ouyang Feng dan Ouyang Ke berubah. Ouyang Feng menghabiskan lebih dari sepuluh tahun memelihara ular berbisa di tongkatnya. Mereka adalah keturunan campuran dari berbagai ular berbisa, sehingga racun mereka sangat mematikan. Ouyang Feng biasa menghukum murid-muridnya yang memberontak atau musuh-musuhnya dengan gigitan ular-ular ini. Begitu racun memasuki tubuh seseorang, korban akan menderita rasa gatal yang parah di sekujur tubuh, diikuti dengan kematian yang sangat mengerikan. Ouyang Feng memang punya penawarnya, tetapi setelah racun memasuki tubuh seseorang, bahkan jika penawarnya menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan semua kungfunya, dan akan hidup selamanya sebagai orang cacat. Huang Rong tentu saja tidak mengetahui hal ini, ia hanya merasa bahwa ular yang merayap di tongkat Ouyang Feng itu aneh, jadi ia secara tidak sengaja menyebutkannya. Ia sama sekali tidak mengira bahwa ia telah menyentuh topik tabu utama dari keluarga Racun Barat.

“Aku tidak berani menjawab pertanyaan Ayah Mertua dengan tidak jujur,” janji Ouyang Ke.

“Kau omong kosong lagi!” Huang Rong meludah. “Kau membuatku ingin menampar telingamu dengan sangat keras. Coba jawab, apa kau pernah melihatku di Yanjing, di Istana Zhao?”

Tulang rusuk Ouyang Ke patah dan dadanya terkena jarum baja, jadi rasa sakitnya hampir tak tertahankan, tapi ia terlalu sombong untuk menunjukkan kelemahannya di depan orang lain. Ia mengertakkan gigi dan bisa berbicara, tetapi rasa sakitnya semakin parah dan mengakibatkan keringat dingin muncul di dahinya. Meskipun ia ingin menjawab Huang Rong, ia tidak berani membuka mulutnya. Yang bisa dilakukannya hanya mengangguk mengiyakan.

“Pada saat itu kau bersama dengan Sha Tongtian, Peng Lianhu, Liang Ziweng, dan Biksu Lingzhi, mengepung dan menindasku, kan?” tanya Huang Rong lagi.

Ouyang Ke ingin membela diri dengan menjelaskan bahwa dia bukan bekerja sama dengan orang-orang itu untuk mengganggunya, tapi yang bisa dikatakannya hanya, “Aku… aku tidak bekerja sama dengan mereka…” Dadanya sangat sakit, jadi ia tidak bisa berkata apa-apa lagi.

“Baiklah,” kata Huang Rong. “Saya tidak butuh jawabanmu. Kau hanya perlu mengangguk atau menggelengkan kepala sebagai jawaban. Aku mau menanyakan ini, Sha Tongtian, Peng Lianhu, Liang Ziweng, dan Biksu Lingzhi bermaksud mencelakai aku, kan?” Ouyang Ke mengangguk.

“Mereka ingin menangkapku, tapi gagal total. Lalu kau muncul dan ikut campur, kan?” tanya Huang Rong lagi. Ouyang Ke tidak punya pilihan selain menganggukkan kepalanya lagi.

“Saat itu aku sendirian di dalam Istana Zhao. Aku tidak punya siapa-siapa untuk membantuku dan situasinya genting. Ayahku tidak tahu aku ada di mana, jadi meskipun dia ingin menyelamatkanku, dia tidak akan bisa melakukannya. Begitu, kan?” lanjut Huang Rong. Ouyang Ke tahu ia mencoba untuk mendapatkan simpati dari ayahnya dan menghasut kebencian ayahnya terhadapnya, tapi apa yang dikatakannya adalah fakta, jadi ia tidak punya pilihan selain menganggukkan kepalanya sekali lagi.

Huang Rong meraih tangan ayahnya dan berkata, “Ayah, kau tidak mencintai Rong’er lagi. Kalau ibu masih hidup, kau tidak akan memperlakukanku seperti ini…” Huang Yaoshi mendengarnya menyebut-nyebut istri tercintanya, dan ia merasa hatinya seperti tertusuk jarum. Ia mengulurkan tangan kirinya dan memeluk putrinya.

Ouyang Feng pintar, ia merasa ada yang tidak beres, sebelum Huang Rong mengajukan pertanyaan lain, ia memotongnya. “Nona Huang,” tanyanya. “Para pendekar terkenal itu ingin menangkapmu, tapi karena kau menguasai kungfu keluargamu yang tak tertandingi, mereka tidak dapat mengalahkanmu, kan?” Huang Rong menganggukkan kepalanya dan tersenyum manis. Huang Yaoshi mendengarkan Ouyang Feng memuji kungfu keluarganya dan tersenyum tipis.

Beralih ke Huang Yaoshi, Ouyang Feng berkata, “Yao Xiong, sejak keponakanku pertama kali melihat putrimu, hatinya terpikat oleh kecantikan dan kungfunya yang luar biasa. Dia mengirim seekor merpati untuk memanggilku dan aku datang dari Bai Tuo Shan, ribuan li jauhnya, menyeberangi Dataran Tengah dan laut ke Pulau Bunga Persik untuk meminang putrimu. Dan meskipun aku tidak layak, kau sudah menerimaku dengan baik. Selain Yao Xiong, tidak ada seorang pun di jaman sekarang ini yang akan melakukan hal seperti itu.”

“Aku tidak berani menerima pujian seperti itu,” Huang Yaoshi tersenyum. Ia berpikir bahwa meskipun posisinya tinggi, Ouyang Feng masih rela melakukan perjalanan jauh untuk menemuinya dan dia merasa terhormat.

Ouyang Feng kemudian menoleh ke Hong Qigong dan berkata, “Kakak Qi, kami paman dan keponakan mengagumi kungfu Pulau Bunga Persik, tapi kau… bagaimana kau bisa meremehkan kami dengan menggertak orang yang lebih muda? Kalau keponakanku tidak beruntung, dia bisa saja mati kena Hujan Jarum Baja hasil karyamu itu.”

Sebenarnya, Hong Qigong-lah yang menyelamatkan Ouyang Ke dari Hujan Jarum Baja yang ditembakkan Huang Rong, tapi sekarang Ouyang Feng menyalahkannya. Ia tahu Ouyang Ke pasti berbohong kepada pamannya dan pamannya menggunakan itu untuk menyudutkan Hong Qigong. Hong Qigong adalah orang yang jujur dan lugas, ia tidak ingin berdebat. Ia hanya tertawa terbahak-bahak, mencabut botol arak dan meneguk araknya dari situ.

Guo Jing tidak bisa menahan kesabarannya lagi, “Qigong Qianbei-lah yang menyelamatkan nyawa keponakanmu, bagaimana kau bisa mengatakan hal seperti itu untuk menyalahkannya?”

“Nak, kita masih berbicara, beraninya kau menyela?” bentak Huang Yaoshi.

“Rong’er, beri tahu dia… beri tahu Ayahmu apa yang terjadi pada Nona Cheng,” kata Guo Jing buru-buru.

Huang Rong sangat mengenal temperamen ayahnya, ia bukan orang yang mengikuti adat dan tradisi. Ia sering berkata, “Apa hubungannya kebiasaan itu dengan kita?” Cara berpikirnya berbeda dengan orang awam pada umumnya. Apa yang dianggap benar oleh orang lain, dia akan menganggapnya salah, apa yang orang lain anggap salah, dia mungkin menganggapnya benar. Karena itulah ia dijuluki ‘Si Sesat Timur’. Huang Rong berpikir, “Perilaku Ouyang Ke benar-benar menjijikkan, tapi Ayah mungkin berpikir bahwa dia melakukan apa yang akan dilakukan oleh pemuda romantis normal mana pun.” Ia memperhatikan bahwa ayahnya sedang menatap Guo Jing dengan mata berapi-api, jadi ia buru-buru mencari ide.

“Aku belum selesai denganmu,” katanya menoleh ke Ouyang Ke, “Hari itu waktu kita mengadu ilmu silat di Istana Zhao, kau mengikat kedua tanganmu ke belakang dan bilang bahwa kau tidak perlu tangan untuk menaklukkan aku, kan?” Ouyang Ke mengakui dengan anggukan kepala.

“Kemudian setelah aku menjadi murid Qigong Qianbei, kita bertemu lagi di Baoying,” lanjut Huang Rong. “Kau bilang, entah aku mau menggunakan kungfu ajaran ayahku atau ajaran Qigong Qianbei, kau hanya akan menggunakan kungfu pamanmu untuk mengalahkan aku, kan?”

Ouyang Ke berpikir, “Itu idemu sendiri, aku tidak mengatakan hal seperti itu.”

Melihat keragu-raguannya, Huang Rong cepat-cepat melanjutkan, “Kau menggambar lingkaran di tanah dengan kakimu dan berkata bahwa kalau aku bisa membuatmu keluar dari lingkaran menggunakan kungfu dari ayahku, kau akan mengaku kalah, kan?” Ouyang Ke mengangguk lagi.

Beralih ke ayahnya, Huang Rong berkata, “Ayah, apakah kau dengar itu? Dia tidak menghormati Hong Qigong maupun ayah. Dia bilang kungfu kalian berdua lebih rendah dari pamannya, dan bahkan kalaupun kalian berdua maju bersama, kalian masih tidak bisa mengalahkan pamannya. Aku tidak percaya.”

“Anak ini punya lidah panjang[^lidah-panjang],” kata Huang Yaoshi. “Di dunia ini siapapun tahu bahwa kita berempat, Si Sesat Timur, Racun Barat, Kaisar Selatan, Pengemis Utara, sebetulnya seimbang. Tak seorang pun lebih unggul dari yang lain.” Meskipun mulutnya mengucapkan kata-kata itu, ia membenci kesombongan Ouyang Ke, tetapi ia tidak ingin membahas masalah ini lagi. Ia menoleh kepada Hong Qigong dan bertanya, “Kakak Qi, kehadiranmu adalah kehormatan bagi Pulau Bunga Persik. Aku ingin tahu, apa yang bisa kulakukan untukmu?”

“Aku ke sini untuk minta bantuanmu,” jawab Hong Qigong.

Meskipun Hong Qigong suka bercanda, dia orang yang jujur dan lugas, selalu menjunjung tinggi keadilan. Kungfunya sangat tinggi, jadi Huang Yaoshi selalu menghormatinya. Huang Yaoshi tahu bahwa masalah apa pun yang dihadapi Hong Qigong akan selalu diurus, jika tidak secara pribadi, maka dengan bantuan banyak anggota Kai Pang. Kali ini Hong Qigong meminta bantuannya. Ia sangat senang dan berkata, “Kita berteman selama puluhan tahun, kalau Saudara Qi perlu bantuanku, masa aku bisa menolak?”

“Jangan buru-buru setuju,” kata Hong Qigong, “Aku takut masalah tidak mudah ditangani.”

Huang Yaoshi tersenyum, “Jika masalahnya mudah, Qi Xiong tidak akan berpikir untuk minta bantuan saudaramu ini, kan?”

Hong Qigong bertepuk tangan. “Itu benar!” dia tertawa, “Itulah tanda persahabatan sejati! Kau telah memutuskan untuk memenuhi permintaan saya?”

“Langsung bicara!” kata Huang Yaoshi. “Bahkan jika itu berarti melewati api atau air, aku akan melakukannya.”

Ouyang Feng mengayunkan tongkat ularnya dan membuka mulutnya, “Pelan-pelan Saudara Yao, pertama-tama kita harus bertanya kepada Saudara Qi apa yang dia inginkan.”

Hong Qigong tertawa. “Racun Tua, masalah ini bukan urusanmu. Kau sedang usil. Kau sebaiknya menyiapkan perutmu untuk minum Xi Jiu.”

“Minum xi jiu?” Ouyang Feng bertanya-tanya.

“Benar,” jawab Hong Qigong. “Xi Jiu.” Menunjuk Guo Jing dan Huang Rong ia melanjutkan, “Keduanya adalah muridku. Aku sudah berjanji untuk meminta Saudara Yao atas nama mereka supaya mereka bisa menikah. Yao Xiong menyetujuinya.”

Guo Jing dan Huang Rong sama-sama ketakutan sekaligus bahagia. Mereka bertukar pandang satu sama lain. Ouyang Feng dan keponakannya, serta Huang Yaoshi, terkejut.

“Kakak Qi!” Ouyang Feng berkata, “Kau salah! Putri Yao Xiong10 telah bertunangan dengan keponakanku sebelumnya. Kami datang ke Pulau Bunga Persik hari ini justru untuk mengantarkan mahar dan mengatur upacaranya.”

“Yao Xiong,” tanya Hong Qigong, “Begitukah?”

“Aku kuatir begitu,” jawab Huang Yaoshi, “Qi Xiong, tolong jangan bercanda dengan saudaramu ini.”

Hong Qigong memasang wajah masam. “Siapa yang bercanda?” katanya. “Kau menunangkan putrimu dengan dua keluarga, reputasi keluargamu dipertaruhkan di sini.” Memalingkan kepalanya ke arah Ouyang Feng, ia bertanya, “Aku adalah mak comblang utama keluarga Guo, mana mak comblangmu?”11

Ouyang Feng tercengang, ia tidak menyangka Hong Qigong akan menanyakan pertanyaan. Dengan gagap ia mencoba menjawab, “Saudara Yao sudah menyetujui pernikahan ini, aku juga setuju, mengapa kita membutuhkan mak comblang?”

“Kau sadar bahwa ada seseorang yang tidak menyetujui pengaturan ini?” potong Hong Qigong.

“Siapa?” tanya Ouyang Feng.

“Ha… ha… sudah tentu adalah aku, Hong Laogai!” jawab Hong Qigong sambil tertawa.

Segera setelah Ouyang Feng mendengar ini, dan mengetahui karakter Hong Qigong yang berkemauan keras, dan perilakunya tegas dan terus-terang, ia tahu perkelahian tidak dapat dihindari. Wajahnya tidak menunjukkan sedikit pun perubahan tapi ia menahan lidahnya untuk mengatakan apapun.

Hong Qigong tersenyum, “Perilaku keponakanmu tidak pantas. Bagaimana dia bisa disandingkan dengan putri Yao Xiong yang cantik-seperti-bunga? Kalau kau memaksa mereka menikah, mereka akan memperdebatkan segala macam hal setiap hari dan mereka mungkin akan saling membunuh. Apa gunanya?”

Huang Yaoshi mendengarkan dengan penuh perhatian dan hatinya tergerak. Ia memandang Huang Rong, yang sedang menatap Guo Jing dengan penuh kasih. Lalu ia menatap Guo Jing. Ia sangat membenci anak bodoh ini… Kecerdasan Guo Jing patut dipertanyakan, ia tidak tahu apa-apa tentang sastra atau kungfu atau musik, catur, kaligrafi, dan lukisan. Ia tidak akan menjadi sastrawan berbakat atau ksatria gagah. Baik dia maupun istrinya adalah orang-orang yang cerdas dan dia tahu kemampuan otak putri tunggal mereka tidak jauh di bawah mereka. Kalau dia membiarkan orang bodoh ini menikahi putrinya, itu seperti melempar bunga segar ke kotoran sapi.

Saat ini ia melihat Guo Jing berdiri di samping Ouyang Ke, ia tidak bisa tidak membandingkan keduanya. Kecerdasan dan penampilan Ouyang Ke seratus kali lebih baik daripada Guo Jing. Ia menetapkan pikiran untuk mengambil pemuda ini sebagai menantunya. Tapi wajah Hong Qigong menunjukkan ia tidak akan mudah menyerah, jadi ia membuat sebuah akal-akalan dan berkata, “Feng Xiong, keponakanmu terluka. Kau sebaiknya mengurus itu dulu. Kita akan membahas masalah ini lebih lanjut nanti.”

Ouyang Feng menguatirkan kondisi keponakannya sejak tadi, dan memang berharap Huang Yaoshi memberi mereka kesempatan untuk merawat luka-lukanya. Ia segera memberi isyarat kepada keponakannya dan keduanya berjalan kembali ke hutan bambu. Huang Yaoshi kemudian berbasa-basi dengan Hong Qigong.

Kira-kira selama waktu yang dibutuhkan untuk menanak nasi, paman dan keponakan itu kembali ke pondok. Ouyang Feng telah mengeluarkan jarum baja dari tubuh keponakannya dan juga memperbaiki tulang rusuknya yang patah.

“Postur putriku lemah seperti pohon willow, ia keras kepala, tidak patuh dan hampir tidak layak menjadi istri laki-laki manapun. Tapi Saudara Qi dan Saudara Feng secara tak terduga memberiku kehormatan tertinggi dengan melamarnya. Putriku sudah bertunangan dengan Ouyang Gongzi, tetapi permintaan Saudara Qi juga sulit untuk tidak diterima. Aku punya ide, dan aku ingin tahu pendapat kalian berdua,” kata Huang Yaoshi.

“Katakan… cepat katakan!” sela Hong Qigong. “Pengemis Tua tidak suka mendengar omonganmu yang berbelit-belit dan berbunga-bunga.”

Huang Yaoshi tersenyum tipis. “Saudara-saudaraku, meskipun putriku ini tidak layak, aku tetap berharap dia akan menemukan suami yang baik,” lanjutnya. “Ouyang Gongzi adalah keponakan terhormat dari Feng Xiong, sedangkan Guo Gongzi adalah murid luar biasa dari Qi Xiong. Keduanya adalah laki-laki yang sangat baik dan sangat sulit untuk memilih salah satu dari mereka. Aku tidak punya pilihan selain membuat tiga ujian untuk mereka, dan aku akan menunangkan putriku dengan siapa pun yang lulus ujian ini. Aku tidak akan berpihak ke salah satu dari mereka. Bagaimana menurut kalian berdua?”

Ouyang Feng bertepuk tangan. “Cerdik! Luar biasa!” serunya. “Satu-satunya masalah adalah, keponakanku terluka, kalau ujiannya melibatkan kungfu maka kita harus menunggu sampai dia pulih sepenuhnya.” Ia telah melihat kedahsyatan serangan Guo Jing yang melukai keponakannya. Ia tahu kalau mereka diuji dalam hal kungfu, maka keponakannya pasti akan kalah. Jadi ia menggunakan cedera keponakannya untuk keuntungan mereka.

“Tentu saja,” kata Huang Yaoshi. “Kontes seni bela diri akan merusak hubungan baik antara dua keluarga.”

Hong Qigong berpikir dalam hati, “Ini ciri khas dari Huang Laoxie. Kita semua adalah orang dunia persilatan, jika tes ini melibatkan keterampilan sastra, dan bukan kungfu, masa itu berarti kau mengharapkan seorang Zhuangyuan12 menjadi menantumu? Kalau tes musik atau puisi, bahkan dalam reinkarnasi berikutnya pun murid bodohku ini tidak bakalan mengikuti ujian. Mulutmu mengatakan ‘tidak berpihak’, tetapi jelas kau sudah menyukai pihak lain itu. Murid bodohku pasti akan kalah. Ini membingungkan! Aku akan melawan Racun Tua terlebih dahulu, dan bicara nanti.” Ia menengadah dan tertawa keras, lalu sambil menatap Ouyang Feng ia berkata, “Kita semua sudah jelas orang-orang dari dunia persilatan. Kalau bukan adu kungfu, maksudmu kau lebih suka lomba makan atau lomba berak? Keponakanmu cedera, tetapi kau tidak. Ayo… ayo! Kita berdua yang akan bertarung menggantikan mereka.”

Tanpa menunggu jawaban, ia mengarahkan telapak tangannya ke bahu Ouyang Feng. Ouyang Feng mundur beberapa kaki. Hong Qigong meletakkan tongkat bambunya di atas meja bambu kecil. “Awas!” ia berteriak. Sementara kata-katanya masih menggantung di udara, kedua telapak tangannya sudah bergerak tujuh kali berturut-turut dengan cepat.

Ouyang Feng mengelak ke kiri-kanan, dan ketujuh serangan itu terbang melewatinya. Tangan kanannya mendorong tongkat ular ke batu bata di depan pondok bambu, dan dalam sekejap tangan kirinya juga mengirim tujuh serangan balik.

Huang Yaoshi bersorak, tapi tidak mencegah mereka berkelahi. Ia ingin menonton pertarungan dua ahli kungfu kelas dunia ini, yang adalah rekan-rekannya, dan melihat kemajuan seperti apa yang telah mereka capai dalam dua puluh tahun setelah pertemuan terakhir mereka di Hua Shan.

Baik Hong Qigong dan Ouyang Feng adalah ahli dari aliran kungfu mereka masing-masing. Mereka telah mencapai puncak ilmu silat mereka dua puluh tahun yang lalu. Setelah Hua Shan Lun Jian keduanya telah berlatih keras dan meningkatkan kungfu mereka secara luar biasa. Kungfu mereka tidak ada bandingannya ketika mereka bertemu di Hua Shan, dan sekarang mereka bertemu lagi di Pulau Bunga Persik. Masing-masing meluncurkan serangan cepat dan serangan balik, namun mereka sebenarnya masih saling menyelidiki kekuatan lawan mereka. Kedua ahli silat itu saling mengadu kepalan dan telapak tangan dengan cepat dan keras, sehingga hembusan angin yang tercipta menggoyangkan dedaunan pohon bambu di sekitar mereka. Meskipun mereka hanya saling menguji, gerakan mereka mengandung teknik kungfu yang mendalam.

Di pinggir lapangan, Guo Jing sedang menonton dengan penuh perhatian, entah itu serangan atau pertahanan, setiap gerakan adalah luar biasa dan di luar imajinasinya yang paling liar sekalipun. Jiu Yin Zhen Jing berisi teori seni bela diri terdalam di dunia, baik tenaga dalam maupun luar, tangan kosong atau permainan pedang, dan jenis kungfu paling mendalam lainnya yang bisa dibayangkan. Setelah Guo Jing menghafal isinya dalam hati, meskipun ia tidak memahami semuanya, teori-teori itu benar-benar tertanam di otaknya. Sekarang ketika ia menyaksikan kedua ahli itu saling bergebrak dengan gerakan yang indah, teori-teori itu muncul kembali di benaknya, membentuk bayangan kabur di otaknya.

Sebelumnya ia mendengarkan seruling Huang Yaoshi melawan sitar Ouyang Feng. Itu adu tenaga dalam yang tak terlihat dan sangat sulit untuk mengenali dengan jelas hubungan mereka dengan teori di dalam kitab. Kali ini pertarungannya adalah tinju dan tendangan, dan jauh lebih mudah untuk dirasakan. Dalam kegembiraannya, hatinya gatal untuk mencoba apa yang telah dilihatnya.

Dengan sangat cepat Hong Qigong dan Ouyang Feng bergebrak lebih dari tiga ratus jurus. Keduanya terkejut melihat kungfu lawan mereka dan tidak bisa tidak mereka saling memuji di dalam hati. Di luar arena, Huang Yaoshi memandang mereka sambil menghela nafas dan berpikir, “Aku sudah melatih diri dengan susah payah di Pulau Bunga Persik dan kupikir setelah Wang Chongyang meninggal, kungfuku akan menjadi nomor satu di dunia. Siapa sangka Pengemis Tua dan Racun Tua ternyata punya cara sendiri dan mencapai tingkat yang sulit dipercaya ini?”

Baik Ouyang Ke dan Huang Rong tenggelam dalam pikiran mereka sendiri, dan masing-masing berharap pihak mereka akan menang secepatnya. Tapi mereka sebenarnya tidak bisa memahami keindahan seni bela diri yang ditampilkan di depan mata mereka. Dari sudut matanya Huang Rong melihat bayangan hitam menari-nari tak menentu dengan tangan dan kaki yang bergerak-gerak terus-menerus. Ia menoleh dan menemukan bahwa bayangan itu adalah Guo Jing. Ekspresi Guo Jing aneh dan sepertinya ia sedang terhanyut oleh pertarungan kedua ahli itu. Jantungnya berdetak kencang. “Jing ge ge!” panggilnya dengan suara rendah.

Guo Jing tidak mendengarnya, ia terlalu sibuk menggerakkan tangan dan kakinya. Huang Rong merasa cemas, jadi ia memperhatikan dengan lebih cermat, dan menemukan bahwa Guo Jing sebenarnya meniru gerakan Hong Qigong dan Ouyang Feng.

Sekarang keduanya telah mengubah cara mereka bertarung, setiap tinju dan setiap tendangan dikirim perlahan. Kadang-kadang mereka akan berdiri diam sejenak, dan kemudian mengepalkan tangan. Setelah bertukar posisi, mereka akan duduk di tanah untuk beristirahat, lalu berdiri dan bergebrak lagi. Kelihatannya cara mereka bertarung lebih lambat dari dua murid yang sedang latihan kungfu, tetapi melihat wajah mereka orang bisa melihat keseriusan, hampir-hampir bisa dikatakan bahwa mereka sebenarnya tegang.

Huang Rong melirik ke arah ayahnya dan melihatnya menatap tajam ke arah keduanya, wajahnya juga sangat tegang. Ouyang Ke adalah satu-satunya orang di sekitar situ yang mempertahankan ketenangannya. Ia menatapnya genit sambil dengan ringan melambai-lambaikan kipas lipatnya.

Guo Jing melihat gerakan yang tidak biasa dan ia tidak bisa menahan diri untuk tidak bersorak keras. Ouyang Ke kesal, “Bocah tengik ini tidak mengerti apa-apa, buat apa berteriak?”

“Hanya karena kau tidak mengerti, dari mana kau tahu orang lain mengerti atau tidak?” balas Huang Rong.

Ouyang Ke tertawa, “Dia hanya mengayun-ayunkan tangan dan kakinya dengan bodoh. Mengingat usianya yang masih muda, bagaimana dia bisa tahu keajaiban kungfu pamanku?”

“Kamu bukan dia, dari mana kau tahu dia tahu apa?” jawab Huang Rong.

Sementara keduanya bertengkar di samping, Huang Yaoshi dan Guo Jing mengabaikan mereka, keduanya menyaksikan pertarungan itu dengan penuh perhatian.

Pada saat itu baik Hong Qigong dan Ouyang Feng sedang berjongkok di tanah, satu dengan jari tengah kiri menunjuk ke dahinya dan yang lainnya menggunakan kedua tangan untuk menutupi telinganya. Keduanya berpikir sangat keras dengan mata tertutup. Tiba-tiba mereka berteriak dan serentak melompat ke arah lawan, yang satu mengirim tinjunya dan yang lain menggunakan kakinya, lalu mereka berpisah lagi.

Kedua orang itu telah mencapai puncak kungfu milik keluarga atau perguruan mereka masing-masing. Namun mereka berdua tahu bahwa sekuat apapun jurus mereka, lawan akan dengan mudah mematahkannya. Oleh karena itu mereka harus membuat gerakan baru yang tidak dikenal untuk mengungguli lawan.

Setelah kontes mereka dua puluh tahun yang lalu, kedua orang itu, yang satu tinggal di Dataran Tengah, yang lain dari Wilayah Barat, belum pernah bertemu atau bahkan mendengar kabar terakhir lawannya, jadi mereka tidak tahu seberapa jauh kemajuan kungfu lawannya. Sekarang mereka bertarung, situasinya tidak jauh berbeda. Masing-masing memiliki kekuatannya dan kelemahannya sendiri, dan tidak ada yang tahu siapa yang akan menang. Sementara itu cahaya bulan telah memudar dan orang bisa melihat seberkas sinar matahari di timur. Keduanya memeras otak dan menciptakan gerakan baru dan indah, yang tak terhitung banyaknya, tinju atau teknik telapak tangan bersama dengan puluhan ribu variasinya, tapi tetap saja, tidak ada yang tahu mana yang lebih baik.

Guo Jing menyaksikan pertarungan antara dua pakar top seni bela diri jaman itu. Gerakan-gerakan menakjubkan dan teknik-teknik indah bermunculan tanpa henti. Kadang ia mengerti, tapi lebih sering ia tidak mengerti. Kadang-kadang ia melihat sesuatu yang berhubungan dengan teori yang diajarkan oleh Zhou Botong, yang membuatnya bersemangat dan ingin mencoba. Tapi sebelum ia sempat menyelesaikan setengah jurus, Hong Qigong dan Ouyang Feng telah meluncurkan jurus baru dan Guo Jing sudah melupakan jurus sebelumnya yang sedang coba-coba ditirunya.

Ketika Huang Rong melihat Guo Jing seperti itu, ia terkejut. “Aku tidak melihatnya selama puluhan hari, apa mungkin dia belajar kungfu dari dewa?” pikirnya. “Aku menonton pertarungan ini dan aku bingung, bagaimana dia bisa berseru kagum seperti itu?” Tetapi kemudian pikiran lain muncul di benaknya, “Apa mungkin Gege yang bodoh ini begitu merindukanku sampai jadi gila?”

Ia sudah lama tidak bertemu Guo Jing dan sekarang setelah mereka bertemu lagi, situasinya sedang tidak cocok bagi mereka untuk bersikap mesra. Ia bergerak maju, ingin memegang tangan Guo Jing. Tepat pada saat itu Guo Jing sedang meniru teknik telapak tangan Ouyang Feng, ia membalikkan tubuhnya dan melancarkan serangan telapak tangan. Itu tampak biasa, tetapi sebenarnya mengandung tenaga dalam yang sangat besar. Tangannya tidak menyentuh telapak tangan Guo Jing, tetapi tiba-tiba ia merasakan gelombang tenaga yang luar biasa mendorongnya. Ia dikirim terbang ke atas.

Setelah menyentuh tangan Huang Rong, Guo Jing kembali ke dunia nyata. “Wah!” ia berteriak dan melompat untuk meraih pinggang Huang Rong. Sementara turun kembali ke tanah, tangan kiri Guo Jing meraih atap pondok bambu. Ia mengayunkan tubuh mereka dan mereka mendarat di atap. Keduanya duduk bahu-membahu di atas pondok bambu menyaksikan pertarungan di lapangan.

Saat itu situasi pertempuran di lapangan telah berubah lagi. Ouyang Feng berjongkok di tanah dengan kedua tangan ditekuk di bahu, menyerupai katak besar yang akan menyerang musuhnya. Mulutnya mengeluarkan suara gemuruh yang dalam seperti sapi melenguh, terkadang terdengar dan terkadang tidak.

Huang Rong geli, ia tersenyum dan dengan suara rendah bertanya, “Jing Gege, apa yang dia lakukan?”

“Aku tidak tahu,” jawab Guo Jing. Tapi tiba-tiba ia teringat cerita Zhou Botong tentang ilmu Yi Yang Zhi Wang Chongyang, yang mematahkan Jurus Kodok Ouyang Feng. “Pasti itu!” serunya. “Ini kungfunya yang paling lihai, disebut Jurus Kodok!”

Huang Rong bertepuk tangan dan tertawa, “Dia memang kelihatan seperti kodok!”

Ouyang Ke mengamati keduanya duduk berdekatan dan saling bersandar, berbicara dan tertawa, hatinya terbakar cemburu. Ia ingin melompat dan melawan Guo Jing, tapi dadanya masih sakit dan ia tidak bisa mengerahkan tenaga apapun. Selain itu ia tidak yakin bahwa kungfunya lebih unggul dari Guo Jing. Tetapi mendengar Huang Rong mengatakan ‘dia kelihatan seperti kodok’ ia pikir mereka mengejeknya dan mengatakan bahwa ia terlihat seperti kodok kotor yang ingin makan daging angsa13, ia sangat marah. Dengan tangan kanannya memegang tiga senjata rahasia, ia diam-diam berjalan menuju bagian belakang pondok bambu. Sambil menggertakkan giginya, ia menggerakkan tangannya dan tiga garis keperakan terbang menuju ke dada Guo Jing.

Sementara itu Hong Qigong meluncurkan telapak tangannya ke depan dan ke belakang, sibuk melawan Jurus Kodok Ouyang Feng dengan Delapan Belas Jurus Penakluk Naga. Kedua ilmu silat ini adalah ilmu andalan mereka masing-masing, karenanya pertarungan tidak lagi lamban seperti sebelumnya. Sekarang menjadi sangat sengit karena keduanya menggunakan hasil latihan selama puluhan tahun untuk bertarung mati-matian, hidup atau mati bisa diputuskan dalam sekejap mata. Guo Jing telah mempelajari Delapan Belas Jurus Penakluk Naga, tetapi ia belum pernah melihat gurunya menggunakan teknik ini sebelumnya. Hal ini membuat punggungnya merinding melihat betapa indahnya jurus itu, dengan variasi yang tak terbatas di dalamnya. Itu benar-benar tidak bisa dibandingankan dengan yang sudah dikuasainya. Ia benar-benar terpesona dengan apa yang terjadi di lapangan, maka ia sama sekali tidak menduga seseorang akan menyelinap masuk dari belakang dan diam-diam menyerangnya.

Huang Rong tidak menyadari bahwa kedua orang yang bertarung di lapangan menggunakan kungfu tertinggi mereka, ia masih tertawa dan bercanda ketika tiba-tiba menyadari satu orang hilang dari pondok bambu. Pikirannya langsung tertuju kepada Ouyang Ke, karena ia takut akan kelicikannya. Matanya menerawang areal itu, tetapi telinganyalah yang mendengar angin yang dihasilkan oleh jarum yang datang ke arah punggung Guo Jing. Dari sudut matanya ia bisa melihat tiga garis keperakan datang dengan cepat. Ia tidak punya waktu untuk berpikir, dan segera melemparkan dirinya ke belakang punggung Guo Jing. “Puff…!” tiga senjata rahasia mendarat tepat di punggungnya. Ia mengenakan Ruan Wei Jia, jadi ia tidak terluka, tapi ia tetap merasa sakit.

Ia mengulurkan tangan ke belakang dan meraih jarum yang tersangkut di jubahnya. Ia berbalik dan tersenyum manis, “Kau menggaruk gatal di punggungku, kan? Terima kasih, tapi aku harus mengembalikan ini.”

Ouyang Ke melihat bagaimana ia mencegat jarum-jarum itu dengan tubuhnya sendiri untuk melindungi Guo Jing, dan ia lebih cemburu lagi dari sebelumnya. Mendengar apa yang dikatakannya, ia pikir Huang Rong akan melemparkan jarum-jarum itu ke arahnya, jadi ia mempersiapkan diri. Tetapi setelah beberapa saat ia melihat Huang Rong memegang jarum-jarum itu di telapak tangannya, seolah sedang mengharapkan ia mengambilnya kembali dari tangannya.

Ouyang Ke menendang kaki kirinya dan melompat ke atap pondok bambu. Ia bermaksud memamerkan kungfu meringankan tubuhnya dan dengan ringan bertengger di tepi atap. Ia tampak seperti bayangan putih yang bergoyang lembut tertiup angin. Itu memang luar biasa, ia tampak anggun seperti dewa.

“Qing Gong-mu benar-benar luar biasa!” seru Huang Rong. Ia berdiri dan berjalan ke arahnya, lengannya terulur sambil memegang jarum-jarum dari Ouyang Ke di tangannya.

Ouyang Ke melihat kulit putihnya dan ia terpesona. Tanpa sadar ia mengulurkan tangannya untuk mengambil jarum, dengan niat buruk untuk mengelus tangannya. Tiba-tiba beberapa garis logam menghampirinya. Ia sudah dua kali tertipu oleh trik Huang Rong dan tidak ingin mengulanginya. Ia bersalto dari atap sambil melambaikan lengan bajunya dan menangkis sejumlah jarum baja Huang Rong.

Huang Rong terkikik dan melemparkan tiga jarum perak ke tanah, tepat di depan Ouyang Feng yang berjongkok.

“Tidak! Jangan!” seru Guo Jing ketakutan. Ia meraih pinggang Huang Rong dan melompat turun dari atap. Bahkan sebelum kakinya menyentuh tanah, ia mendengar teriakan cemas Huang Yaoshi, “Feng Xiong, berbelas-kasihanlah!”

Guo Jing merasakan gelombang tenaga dahsyat yang bisa menghancurkan bumi menghampirinya. Dengan cepat ia mendorong Huang Rong ke samping dan mengerahkan seluruh tenaga ke tangannya, diiringi oleh salah satu dari Delapan Belas Jurus Penakluk Naga, Jian Long Zai Tian.

Suara ledakan keras terdengar saat tenaganya bertabrakan dengan Jurus Kodok Ouyang Feng. Akibatnya ia terhuyung mundur tujuh atau delapan langkah. Guo Jing merasakan darah naik dari dadanya ke tenggorokan. Ia kuatir dan juga takut Ouyang Feng akan mengirimkan serangan lagi, jadi ia memaksa diri untuk bergerak dan berdiri di depan Huang Rong, siap menerima pukulan lagi. Kemudian ia melihat Hong Qigong dan Huang Yaoshi sudah melangkah di antara mereka.

“Aku minta maaf! Aku sangat malu!” Kata Ouyang Feng sambil berdiri. “Aku tidak bisa menarik kembali tenagaku. Kuharap aku tidak menyakiti nona cilik itu,” serunya.

Sebenarnya Huang Rong ketakutan dan wajahnya yang cantik pucat, tetapi mendengar ia mengatakan hal seperti itu, ia memasang muka berani dan tertawa, “Dengan ayahku di dekat sini, mana bisa kau menyakitiku?”

Huang Yaoshi sangat cemas, ia meraih tangannya dan dengan tenang bertanya, “Kau merasa sesuatu yang aneh di tubuhmu? Tarik dan keluarkan napas dengan beberapa kali.” Huang Rong mendengarkan ayahnya dan diam-diam mengedarkan ‘chi’-nya, tetapi tidak merasakan sesuatu yang aneh, jadi ia tertawa dan menggelengkan kepalanya.

Huang Yaoshi merasa lega. “Dua pamanmu sedang berlatih kungfu mereka barusan, untuk apa anak kecil sepertimu sembarangan ikut campur?” tegurnya. “Jurus Kodok Paman Ouyang bukan ilmu sepele, kalau dia tidak berbelas kasihan, menurutmu nyawa kecilmu14 itu bisa selamat?”

Untuk melakukan Jurus Kodok yang kuat, Ouyang Feng harus memusatkan seluruh tenaganya di seluruh tubuhnya. Begitu lawan menyerang, ia akan bisa melakukan serangan balik dengan meluncurkan kekuatan penuh yang sudah tersimpan. Itulah yang terjadi saat ia menunggu Hong Qigong menyerang, tenaganya terkonsentrasi, siap diluncurkan seperti anak panah di busur yang ditarik sepenuhnya. Tanpa diduga, Huang Rong melemparkan sesuatu ke arahnya sehingga dia secara naluriah melakukan serangan balik ke arahnya.

Ketika menyadari bahwa itu adalah Huang Rong, ia sangat terkejut, tapi tenaganya sudah dilepaskan, jadi tidak mungkin ia bisa menariknya kembali. Ia menghela nafas dalam hati, mengira ia telah menciptakan bencana yang mengerikan dan bahwa gadis yang secantik bunga ini akan mati tragis di tangannya. Selain itu ia mendengar Huang Yaoshi berseru, ‘Feng Xiong, berbelas-kasihanlah!’ Dengan panik ia mencoba mengalihkan tenaganya, tetapi tidak ada cukup waktu. Kemudian ia tiba-tiba merasakan tenaga lain bertabrakan dengan tangannya. Ia mengambil kesempatan ini untuk menarik kembali kekuatannya. Ketika ia melihat dengan terliti, ternyata orang yang menyelamatkan Huang Rong adalah Guo Jing! Ia diam-diam mengagumi Hong Qigong, “Pengemis Tua itu hebat, ia berhasil mendidik murid muda ini untuk menguasai kungfu tingkat tinggi!”

Huang Yaoshi telah melihat ilmu silat Guo Jing di Rumah Awan, ia berpikir, “Anak muda ini tidak tahu tingginya langit dan dalamnya bumi, tapi dia berani menangkis Jurus Kodok Ouyang Feng yang dahsyat. Kalau Ouyang Feng tidak memandang mukaku dan menunjukkan belas kasihan, tulangnya akan hancur berkeping-keping.” Ia tidak tahu bahwa Guo Jing yang ditemuinya di Rumah Awan bukanlah Guo Jing yang sama seperti sekarang. Namun ia mengakui bahwa Guo Jing tanpa pamrih menyelamatkan nyawa Huang Rong tanpa memperhatikan keselamatannya sendiri. Kebenciannya terhadapnya sebagian besar telah hilang. Ia berpikir, “Anak ini benar-benar punya hati yang baik, dan dia sangat mencintai Rong’er. Aku tidak bisa memberikan Rong’er kepadanya, tapi aku pasti bisa memberinya hadiah dengan mengajarinya sesuatu.” Bajingan di depannya tampak agak bodoh dan kata ‘bodoh’ membangkitkan amarah dalam dirinya.

“Racun Tua… kau benar-benar hebat!” seru Hong Qigong. “Tapi siapa yang menang atau kalah masih belum ditentukan. Mari kita bertarung lagi!”

“Baik!” jawab Ouyang Feng. “Aku akan mempertaruhkan hidupku untuk menemani seorang pria terhormat bermain-main!”

“Wah, aku bukan seorang pria terhormat,” kata Hong Qigong sambil tertawa. “Kau mempertaruhkan hidupmu untuk bermain dengan seorang pengemis!” Sambil melompat ia berdiri di halaman lagi.

Ouyang Feng hendak bergabung dengannya ketika Huang Yaoshi tiba-tiba mengangkat tangan kirinya, “Tahan!” serunya. “Qi Xiong, Feng Xiong, kalian berdua sudah bertarung lebih dari seribu jurus, dan sama kuatnya. Hari ini kalian berdua adalah tamu kehormatan Pulau Bunga Persik, kalian berhak minum beberapa cawan arak saudara kalian sendiri. Pertemuan di Hua Shan berikutnya sudah dekat. Pada saat itu kalian berdua tidak hanya akan melihat siapa yang akan menang, tetapi saudaramu ini, bersama dengan Kaisar Selatan akan hadir di sana untuk melatih kungfu kita. Kenapa kita tidak mengakhiri saja pertarungan hari ini?”

“Itu boleh saja, aku tidak keberatan!” kata Ouyang Feng sambil tertawa. “Kalau dilanjutkan, bagaimanapun juga aku akan dipaksa untuk mengakui kekalahan.”

Hong Qigong berbalik dan tertawa, “Lao Xidu licik, kalau dia bilang dia akan mengaku kalah, sebenarnya maksudnya dia akan menang. Aku tidak percaya apa yang dikatakannya sedikit pun.”

“Baiklah, kalau begitu,” jawab Ouyang Feng. “Ijinkan aku menanyakan pendapat ahli Qi Xiong sekali lagi.”

Hong Qigong menyentilkan lengan bajunya dan berkata, “Silakan!”

“Begitu ya,” sela Huang Yaoshi, “Jadi kedatangan kalian di Pulau Bunga Persik hari ini sebenarnya untuk pameran kungfu,” katanya sambil tersenyum.

Hong Qigong tertawa terbahak-bahak. “Yao Xiong benar! Kita datang ke sini untuk melamar putrimu, bukan untuk berkelahi.”

“Aku sebelumnya sudah bilang bahwa aku akan memberikan tiga ujian untuk kedua anak muda itu,” lanjut Huang Yaoshi. “Orang yang lulus ujian akan menjadi menantuku, tapi yang gagal juga tidak akan pulang dengan tangan kosong.”

“Apa? Apa kau punya anak perempuan lagi?” tanya Hong Qigong.

Huang Yaoshi tersenyum, “Tidak. Bahkan kalau aku menemukan istri lain, aku pikir kita ingin menunggu selama itu, kan? Saudaramu punya banyak keterampilan lain, pengobatan, perbintangan, dan banyak hal lainnya. Kepada orang yang gagal dalam ujian, selama dia tidak meremehkan pengetahuanku yang dangkal ini, dan bersedia mempelajari satu mata pelajaran tertentu, aku akan mengabdikan waktuku untuk mengajarinya dengan sepenuh hati, supaya dia tidak meninggalkan Pulau Bunga Persik dengan tangan hampa.”

Hong Qigong sangat menyadari kemampuan Huang Yaoshi, ia berpikir bahwa jika Guo Jing tidak bisa menjadi menantunya, tetapi berhasil belajar hanya satu keterampilan darinya, bagaimanapun juga ia akan mendapatkan keuntungan seumur hidup. Ia berpikir bahwa apa pun ujiannya, Guo Jing pasti akan menderita kerugian, dan ia merasa tidak enak untuknya.

Ouyang Feng yang menyadari keengganan Hong Qigong, mengambil kesempatan untuk berkata, “Bagus… biarlah seperti itu! Yao Xiong sebenarnya sudah menerima lamaran keponakanku, tapi dia menghormati Qi Xiong. Jadi biarkan kedua anak ini diuji. Dengan begitu tidak akan merusak persahabatan kita.” Berbalik ke arah Ouyang Ke ia berkata, “Nanti kalau kau kalah, kau hanya boleh menyalahkan kekuranganmu sendiri, dan kau tidak boleh menyalahkan orang lain. Kita akan dengan senang hati meminum Xi Jiu dari Yao Xiong. Kalau nanti kau punya pikiran untuk membuat masalah lagi, kedua senior ini tidak hanya tidak akan melepaskanmu, tapi aku sendiri juga tidak akan mengampunimu.”

Hong Qigong mendongak dan tertawa terbahak-bahak, “Racun Tua, kau sembilan puluh persen yakin akan menang. Pidatomu sebenarnya ditujukan kepadaku dan muridku, apa yang kau katakan adalah ‘jadilah anak baik, dan akui saja kekalahanmu’.”

Ouyang Feng tersenyum dan berkata, “Siapa yang bakal menang atau kalah, bagaimana kau tahu sebelumnya? Bahkan untuk orang-orang setingkat kita, apakah menurutmu mudah untuk mengakui kemenangan tanpa malu-malu? Yao Xiong, tolong tunjukkan apa ujianmu.”

Huang Yaoshi telah bertekad untuk memberikan putrinya kepada Ouyang Ke, oleh karena itu ia harus memikirkan tiga ujian yang akan menjamin kemenangan bagi Ouyang Ke. Tapi pertama-tama, orang dengan kedudukan seperti dia tidak bisa terang-terangan berpihak. Kedua, dia tidak ingin menyinggung Hong Qigong. Tetapi sementara ia masih dengan hati-hati mempertimbangkan apa yang akan dikatakannya, Hong Qigong membuka mulutnya, “Kita semua hidup dengan tinju dan tendangan kita, ujian yang akan dilakukan oleh Yao Xiong harus terkait dengan kungfu. Kalau ujianmu adalah puisi, musik, membaca kitab suci atau melukis, maka kami — guru dan murid — hanya bisa mengaku kalah, dan mengangkat pantat kami dari sini. Tidak perlu kehilangan muka.”

“Tentu saja,” kata Huang Yaoshi meyakinkannya. “Ujian pertama adalah adu ilmu silat.”

“Itu tidak bisa,” kata Ouyang Feng. “Keponakanku terluka saat ini.”

Huang Yaoshi tersenyum. “Aku tahu itu,” katanya. “Aku tidak bisa membiarkan dua bersaudara mengadu ilmu silat di Pulau Bunga Persik dan merusak persahabatan mereka.”

“Mereka tidak akan bertarung?” tanya Ouyang Feng bingung.

“Itu benar,” jawab Huang Yaoshi.

“Ah!” Ouyang Feng tersenyum, “Kalau begitu orang yang memberi ujian akan mencoba kungfu mereka masing-masing?”

Huang Yaoshi menggelengkan kepalanya, “Tidak, kalau aku melakukan itu, tidak ada yang bisa menjamin bahwa aku akan adil, karena aku bisa membuat gerakanku berat atau ringan sesuka hati. Feng Xiong, kau dan Qi Xiong sudah mencapai puncak ilmu kalian masing-masing, dan pertarungan barusan adalah buktinya. Kalian sudah berjuang selama lebih dari seribu jurus, tapi tidak ada yang tahu siapa yang menang atau kalah. Feng Xiong, kau menguji Guo Gongzi, dan Qi Xiong, kau mencoba Ouyang Gongzi.”

Hong Qigong berpikir dalam hati, “Ini memang sangat adil. Huang Laoxie benar-benar pintar memikirkan metode ini. Pengemis Tua tidak akan pernah memikirkan hal seperti itu.” Ia tertawa dan berkata, “Cara ini tidak buruk! Ayo… ayo… ayo! Mari kita bermain-main!” Ia memberi isyarat kepada Ouyang Ke.

“Tunggu!” Huang Yaoshi berkata, “Ada beberapa aturan permainan yang perlu kita tetapkan. Peraturan nomor satu, Ouyang Gongzi terluka, dan dia tidak bisa mengerahkan tenaga apapun, maka keduanya akan diuji dalam hal kungfu, bukan dalam hal tenaga. Aturan nomor dua, kalian berempat akan bertarung di atas pohon pinus ini.” Ia menunjuk ke dua pohon pinus besar di luar pondok bambu. “Anak muda yang jatuh ke tanah lebih dulu akan kalah. Aturan nomor tiga, Feng Xiong dan Qi Xiong, jika salah satu dari kalian memberi tekanan terlalu berat kepada anak-anak muda ini, dan secara tidak sengaja melukainya, maka akan dianggap kalah.”

“Melukai seorang anak muda dianggap kalah?” gumam Hong Qigong merenung.

“Tentu saja,” jelas Huang Yaoshi. “Kalian berdua punya kungfu yang sangat tinggi, jadi kalau tidak ada aturan ini, dan kalian turun tangan dengan keras, menurut kalian apakah anak muda itu akan hidup? Saudara Qi, kalau kau sampai menggores kulit Ouyang Gongzi saja, kau dianggap kalah. Hal yang sama berlaku untuk Saudara Feng. Dari dua anak ini, salah satu akan menjadi menantuku, masa mereka boleh terluka oleh tangan kalian?”

Hong Qigong menggaruk kepalanya dan tertawa, “Huang Laoxie cukup aneh dan benar-benar sesuai dengan reputasinya. Melukai lawan akan dianggap sebagai kerugian, aturan aneh ini belum pernah terdengar selama ribuan tahun. Bagus! Selama itu adil, Pengemis Tua akan patuh.”

Huang Yaoshi memberi isyarat tangan dan mereka berempat melompat ke pohon pinus, membentuk dua kelompok. Hong Qigong dan Ouyang Ke berada di pohon kanan dan Ouyang Feng dan Guo Jing di kiri. Wajah Hong Qigong masih tampak geli, sementara tiga lainnya tampak serius, hampir-hampir tegang.

Huang Rong tahu seni bela diri Ouyang Ke sebenarnya lebih tinggi dari Guo Jing, tapi untungnya ia terluka. Tapi bertarung di atas pohon pinus sangat bergantung pada ilmu meringankan tubuh, di mana Ouyang Ke jelas memiliki beberapa keunggulan dibandingkan Guo Jing. Ia mau tidak mau jadi merasa cemas. Sementara itu ia mendengar suara ayahnya yang keras dan jelas, “Aku akan menghitung sampai tiga, baru kalian bisa mulai. Ouyang Gongzi, Guo Gongzi, siapa pun yang jatuh ke tanah terlebih dahulu akan kalah!”

Huang Rong berpikir untuk membantu Guo Jing, tetapi kungfu Ouyang Feng sangat tinggi, mana mungkin ia bisa melawannya.

Huang Yaoshi mulai menghitung, “Satu… dua… tiga!” Empat bayangan menari di atas pohon pinus, mereka telah mulai.

Tatapan Huang Rong tidak pernah lepas dari Guo Jing dan melihatnya dalam sekejap mata sudah bertarung lebih dari sepuluh jurus melawan Ouyang Feng. Baik Huang Rong maupun Huang Yaoshi diam-diam terkejut, “Mana mungkin kungfunya tiba-tiba maju sepesat ini? Ia berhasil melawan sejumlah besar jurus ini tanpa menunjukkan tanda-tanda kalah atau terdesak.”

Ouyang Feng cemas, jadi ia secara bertahap meningkatkan kekuatannya. Tapi ia takut melukai Guo Jing. Tiba-tiba sebuah ide muncul di benaknya, dan kakinya berputar seperti roda, mencoba menyapu Guo Jing dari pohon pinus. Guo Jing menggunakan Sang Naga Terbang Di Langit dari Delapan Belas Jurus Penakluk Naga miliknya. Ia berulang kali melompat tinggi dengan kedua telapak tangan menebas seperti pisau yang mencoba mengenai kaki lawannya.

Jantung Huang Rong berdebar kencang. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Hong Qigong dan melihat jalan pertarungan yang berbeda. Ouyang Ke menggunakan teknik meringankan tubuhnya untuk melompat ke timur dan barat, ia tidak ingin bergebrak setengah jurus pun dengan Hong Qigong. Hong Qigong terpaksa mengejarnya, tapi Ouyang Ke terus berlarian. Hong Qigong berpikir, “Makhluk bau ini licik, dia mencoba mengulur waktu. Guo Jing anak yang bodoh, dia benar-benar melawan Racun Tua. Jika dia terus melakukannya, dia pasti akan jatuh ke tanah lebih dulu. Huh! Xiao Yinzei! Apa menurutmu Pengemis Tua tidak bisa membekukmu?” Tiba-tiba ia melompat tinggi ke udara dan dengan jari seperti dua cakar baja ia menyerang ke arah kepala Ouyang Ke.

Ouyang Ke melihat bahwa kekuatan yang masuk ini cepat dan berbahaya, itu tentu saja bukan serangan tipe kontes tetapi dimaksudkan untuk mengambil nyawanya. Ia terkejut dan buru-buru mencoba melarikan diri ke kanan. Tanpa sepengetahuannya, serangan Hong Qigong adalah tipuan. Hong Qigong telah mengantisipasi gerakan ini dan segera setelah Ouyang Ke berbelok ke kanan, Hong Qigong membungkuk di udara dan terbang ke kanan. Tangannya bergerak cepat ke arah Ouyang Ke dan ia berteriak dengan jelas, “Aku tidak peduli kalau dianggap kalah, hari ini aku akan membunuhmu bocah tengik!”

Ouyang Ke kaget karena Hong Qigong mampu memutar tubuhnya di udara, ia ketakutan dan membeku sesaat setelah mendengar teriakan Hong Qigong. Ia tidak berani menangkis serangan ini, jadi ia dengan panik melangkah mundur ke udara kosong. Ia jatuh dari pohon dengan pemikiran ini di benaknya, “Aku kalah dalam ujian pertama!” Tiba-tiba ia mendengar suara gemerisik di sampingnya, ternyata Guo Jing juga jatuh dari pohon di sebelahnya.

Setelah melawan Guo Jing cukup lama, Ouyang Feng kehilangan kesabaran, “Jika aku membiarkan anak ini melawanku selama lima puluh jurus lagi, bagaimana aku bisa mempertahankan reputasiku sebagai Racun Barat?” pikirnya. Tiba-tiba pikiran jahat muncul di benaknya. Tangan kirinya bergerak secepat kilat ke arah leher Guo Jing sambil berteriak keras, “Turun!”

Guo Jing menghindari serangan ini dan mengangkat tangan kirinya dan mencoba menangkis dengan punggung tangannya. Tapi Ouyang Feng tiba-tiba menambah tenaga di tangannya. “Kau… kau…” Guo Jing tergagap. Ia ingin berkata, “Kau tidak mematuhi aturan Huang Yaoshi?” tetapi tidak dapat mengatakannya karena ia terpaksa menggunakan seluruh tenaganya untuk menahan serangan ini. Ouyang Feng tersenyum dan dengan dingin berkata, “Aku apa?” dan malah menambah lebih banyak tenaga lagi di tangannya.

Guo Jing berusaha mendapatkan pijakan yang kuat karena takut ia mungkin terluka dalam oleh kekuatan Jurus Kodok ini. Siapa yang bisa membayangkan bahwa kekuatan luar biasa yang mendorongnya ke bawah akan tiba-tiba menghilang? Beruntung baginya, kungfunya sudah meningkat pesat, jika tidak ia tidak akan mampu menahan tenaga Ouyang Feng yang tiba-tiba menjadi lebih kuat, lalu tiba-tiba menghilang. Untungnya itu mirip dengan tujuh puluh dua gerakan Tinju Kosong yang dipelajarinya dari Zhou Botong, di mana kekuatan keras mengandung kelembutan di dalamnya. Jika bukan karena pengetahuan ini, ia akan terluka seperti saat ia melawan Huang Yaoshi di Rumah Awan, tangannya tertangkap dan patah. Namun demikian, ia kehilangan keseimbangan dan terlempar dari atas pohon terlebih dahulu.

Ouyang Ke jatuh miring di sisi kanan tubuhnya, sementara Guo Jing jatuh jungkir balik, dan keduanya melihat tanah semakin mendekat dengan cepat. Melihat Guo Jing jatuh di sampingnya, Ouyang Ke punya ide, ia merentangkan tangannya ke arah kaki Guo Jing. Ia ingin menggunakan Guo Jing sebagai batu loncatan, jadi ia bisa melompat kembali sementara Guo Jing pasti akan jatuh lebih cepat ke tanah. Atau seperti itulah yang ada di benaknya.

Huang Rong memperhatikan situasi genting Guo Jing dan berteriak, “Waduh!” Tapi yang luar biasa adalah, ia kemudian melihat Guo Jing melompat kembali ke atas pohon, sementara Ouyang Ke meluncur deras dan membentur tanah dengan suara keras. Guo Jing mendarat di dahan pohon, kehabisan napas dan terengah-engah.

Huang Rong sangat senang. Ia tidak melihat dengan jelas bagaimana hal itu terjadi, atau bagaimana pada saat kritis itu, Guo Jing mampu mengubah kekalahan menjadi kemenangan, tetapi ia tetap senang dan tidak dapat menahan diri untuk berteriak, “Waduh!” Tapi kedua ‘Waduh’ itu membawa emosi yang sama sekali berbeda.

Saat itu Ouyang Feng dan Hong Qigong sudah turun dari pepohonan. Hong Qigong tertawa terbahak-bahak dan berulang kali mengucapkan, “Luar biasa! Luar biasa!” Wajah Ouyang Feng berubah menjadi hijau karena marah. “Saudara Qi,” katanya dengan murung, “Kungfu murid pintarmu itu sangat beragam, bahkan termasuk ilmu gulat Mongolia!”

Hong Qigong tertawa dan berkata, “Aku tidak mengerti cara gulat Mongolia, jadi bukan aku yang mengajarinya. Kau tidak bisa menyalahkanku!”

Apa yang sebenarnya terjadi adalah, pada saat Guo Jing didorong ke bawah oleh Ouyang Ke, ia jatuh lebih cepat. Ia melihat kaki Ouyang Ke melayang tepat di depannya. Ia tidak punya waktu untuk berpikir. Pada saat kritis itu ia secara naluriah mengulurkan kedua tangannya untuk meraih betis Ouyang Ke dan menarik dirinya ke atas dengan memutar tubuhnya dari posisi terbalik ke posisi tegak. Itu teknik gulat yang digunakan orang Mongolia, dan sama sekali bukan kungfu.

Orang-orang Mongolia telah melatih dan menyempurnakan teknik gulat mereka dari generasi ke generasi, mereka dianggap salah satu yang terbaik. Guo Jing dibesarkan di padang rumput Mongolia, dan bahkan sebelum ia belajar seni bela diri dari Enam Orang Aneh dari Jiangnan, ia bermain dan bergulat setiap hari dengan Tolui dan teman-temannya. Gulat Mongolia baginya sama alamiahnya dengan makan nasi. Ia pada dasarnya lambat dan ia jatuh dengan cepat, meskipun ia mengerti teknik gulat Mongolia, ia tetap tidak akan punya cukup waktu untuk berpikir. Ia tanpa sadar berpikir, “Oh, ada kaki, bagus! Hei, kenapa aku tidak menggunakan kaki itu untuk melompat kembali ke atas pohon?” Itu terjadi begitu cepat, bahkan setelah ia berhasil mendarat dengan kakinya di dahan pohon, ia tidak tahu apa yang telah terjadi! Jadi ia menang melawan segala rintangan.

Huang Yaoshi menggelengkan kepalanya sedikit dan berpikir, “Guo Jing ini anak yang lamban. Kemenangan ini jelas karena keberuntungan semata.” Ia memberikan keputusannya, “Tes pertama dimenangkan oleh Guo Xianzhi15. Tolong jangan kuatir Saudara Feng, kau telah mengajari keponakanmu yang terhormat dengan baik. Siapa tahu, mungkin dia akan mencetak kemenangan di tes kedua dan ketiga.”

“Yao Xiong, tolong tunjukkan tes kedua,” jawab Ouyang Feng.

“Tes kedua adalah…” Huang Yaoshi memulai, tetapi sebelum ia bisa menyelesaikannya, Huang Rong memotongnya, “Ayah, kau jelas-jelas berpihak. Beberapa saat yang lalu kau mengatakan hanya akan menguji kungfu mereka, mengapa kau ingin menguji soal lain? Jing Gege, sebaiknya kau mengaku kalah dan pergi.”

“Kau tahu apa?” kata Huang Yaoshi. “Setelah mencapai tingkat tertentu dalam kungfu, apa kau masih ingin bertarung setiap hari? Ya, kita memang orang-orang dari dunia persilatan, tapi tidak seperti prajurit, kita tidak hidup hari demi hari hanya untuk kungfu. Selain itu kita tidak menghibur diri dengan berduel untuk mencari pasangan…” Setelah mendengarkan bagian ini, Huang Rong melirik Guo Jing. Guo Jing juga menatapnya. Mereka memikirkan hal yang sama, Mu Nianci dan Yang Kang, yang saling bertemu di ibu kota dengan ‘berduel untuk mencari pasangan’. Sementara itu, Huang Yaoshi melanjutkan pidatonya, “… oleh sebab itu, tes kedua adalah meminta kedua keponakan ini untuk mendengarkan orang tua ini memainkan nada dari serulingku.”

Ouyang Ke sangat gembira, ia berpikir, “Apa yang diketahui anak bodoh ini tentang alat musik tiup atau senar? Kemenangan pasti milikku.”

Sebaliknya, Ouyang Feng tidak begitu yakin. Ia curiga Huang Yaoshi akan menguji tenaga dalam kedua orang ini dengan suara seruling. Ia tahu tingkat tenaga dalam Guo Jing cukup kuat, dan keponakannya belum tentu melebihinya. Juga ia takut keponakannya akan terluka dalam akibat suara seruling Huang Yaoshi. Ia berkata, “Tenaga dalam anak-anak muda ini dangkal, dan aku kuatir mereka tidak akan dapat mendengarkan melodi elegan Yao Xiong. Aku ingin tahu apakah Yao Xiong akan mempertimbangkan…”

Huang Yaoshi tidak memberinya kesempatan untuk menyelesaikan, “Lagu ini adalah lagu biasa, tidak ada kaitannya dengan tenaga dalam tingkat tinggi. Saudara Feng, tenangkan hatimu.” Sambil mendekati Ouyang Ke dan Guo Jing ia berkata, “Keponakan-keponakanku, tolong ambil tongkat bambu dan ikuti laguku dengan mengetuk sesuai irama. Orang yang bisa mengikuti irama dengan baik akan memenangkan ujian kedua.”

Guo Jing melangkah maju dan menangkupkan tangannya, “Huang Daozhu, dizi sangat lamban dan bodoh. Dizi tidak tahu apa-apa soal musik, jadi ijinkan dizi mengaku kalah dalam ujian kedua.”

“Jangan terburu-buru… jangan tergesa-gesa,” sela Hong Qigong. “Paling buruk kau akan kalah, jadi kenapa kau tidak mencoba? Kau takut orang lain akan menertawakanmu?”

Guo Jing berpikir ucapan gurunya masuk akal. Melihat Ouyang Ke mengambil tongkat bambu, ia juga melakukan hal yang sama.

“Qi Xiong, Feng Xiong,” kata Huang Yaoshi sambil tersenyum. “Saudaramu ini akan memamerkan kemampuannya yang kurang bagus.” Mengangkat seruling giok ke bibirnya, ia mulai meniup. Bagian dari lagunya ini tidak mengandung tenaga dalam apa pun dan tidak ada bedanya dengan yang dimainkan orang biasa.

Ouyang Ke mendengarkan dengan penuh perhatian, mencoba mengikuti irama, lalu ia mulai mengetukkan tongkat bambunya dengan benar. Guo Jing tidak tahu apa-apa, jadi ia mengangkat tongkat bambunya tinggi-tinggi, tapi tidak berani mengetuknya. Hanya setelah Huang Yaoshi bermain selama kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk minum secangkir teh, ia mulai menggerakkan tongkatnya.

Keluarga Ouyang, baik paman maupun keponakannya, sangat sombong. Mereka mengira kemenangan kali sudah terjamin. Karena ujian ketiga tampaknya adalah sastra, mereka yakin sembilan puluh persen akan menang.

Huang Rong merasa cemas jadi ia dengan ringan mengetukkan jari tangan kanannya di buku-buku jari kirinya dengan harapan Guo Jing akan mengikuti. Tak terduga Guo Jing hanya duduk menatap kosong ke langit dan melamun, jelas ia tidak melihat isyaratnya.

Huang Yaoshi terus meniup serulingnya. Guo Jing mengangkat tangannya dan memukul tongkat bambu di antara dua ketukan musik. Ouyang Ke menahan tawa, berpikir bahwa anak bodoh ini mengetuk dengan irama yang salah. Guo Jing memukul lagi, masih di antara dua ketukan musik. Ia telah memukul empat kali dengan tongkat bambunya, semuanya di tempat yang salah.

Huang Rong menggelengkan kepalanya dengan cemas, “Aduh, kakak yang bodoh ini tidak mengerti apa-apa tentang musik,” pikirnya. “Ayah seharusnya tidak mengujinya.” Dengan pemikiran ini ia memeras otaknya, mencoba mencari cara untuk mengganggu ujian. Tapi ketika ia mengalihkan pandangannya ke arah ayahnya ia terkejut, wajah ayahnya tampak keheranan. Ia mendengar Guo Jing mengetuk beberapa kali lagi dan suara seruling tiba-tiba menjadi lebih lambat, tapi kemudian segera kembali ke tempo semula.

Guo Jing terus mengetukkan tongkat bambunya, selalu dengan irama yang tidak teratur, kadang mengetuk lebih cepat, kadang lebih lambat. Ia memacu tempo lebih cepat, dan terkadang lebih lambat. Dalam beberapa kesempatan musik dari seruling hampir tidak bisa mempertahankan iramanya yang mantap dan hampir dipaksa mengikuti tempo tongkat bambu yang tidak menentu. Huang Yaoshi bukan satu-satunya yang tercengang, Hong Qigong dan Ouyang Feng juga merasakan sesuatu yang aneh sedang terjadi.

Sebenarnya Guo Jing teringat pada saat mendengarkan pertarungan antara tiga orang tadi, seruling, sitar dan siulan. Ia memperhatikan bahwa suara-suara itu saling bertarung secara sistematis, seperti strategi pertempuran dalam perang. Ia tidak memiliki sedikit pun pemahaman tentang teori musik, tetapi mendengarkan seruling Huang Yaoshi ia ingin mencoba melawan suara itu, dan karena itu ia memukul tongkat bambu secara tidak menentu untuk mengacaukan melodi. Ia mengetuk tongkat bambu ke pohon bambu tua, menciptakan suara ‘buk, buk’ yang keras. Suara itu membuat Huang Yaoshi merasa seperti berada di dalam tungku panas dan apinya bersinar putih panas, memaksa seruling untuk menyerah dan mengikuti tempo tongkat bambu yang tidak menentu.

Semangat Huang Yaoshi bangkit saat ia memikirkan anak ini secara tak terduga memiliki kemampuan seperti itu. Suara seruling berubah lagi, kali ini mengalir lebih cepat dan lebih lambat tampaknya memiliki variasi yang tak terbatas. Ouyang Ke hanya berhenti untuk mendengarkan sesaat, kemudian ia tidak bisa menahan diri untuk mengangkat tongkat bambunya dan mengacungkannya ke udara. Ouyang Feng menghela nafas, dengan cepat meraih tangan keponakannya, dan menekan arteri utama di pergelangan tangannya. Kemudian ia mengeluarkan sapu tangan sutra, merobeknya menjadi dua bagian dan menyumbat telinga Ouyang Ke. Setelah beberapa saat Ouyang Ke mulai tenang dan Ouyang Feng melepaskan tangannya.

Sejak masa kecilnya, Huang Rong telah mendengarkan ‘Irama Gelombang Laut Biru’ ayahnya, bahkan pernah Huang Yaoshi menjelaskan secara detail setiap variasi yang ada. Pikiran ayah dan putrinya seolah bersatu sehingga lagu ini tidak mempengaruhinya sama sekali, tetapi ia sepenuhnya sadar bahwa seruling ayahnya membawa kekuatan yang sangat besar. Oleh karena itu, ia khawatir Guo Jing tidak akan mampu membela diri.

Lagu ini menggambarkan luasnya lautan dengan ribuan ombaknya, datang perlahan dari jauh, lalu terhempas di tepian. Ombak putihnya berbusa dan menjulang setinggi gunung, tetapi pada saat air pasang ikan melompat dan ikan paus mengapung, sementara burung camar terbang di atas air. Sesaat air menjadi liar, seperti sekelompok setan yang mengaduk-aduknya, cuaca menjadi dingin dan gunung es melayang. Di saat lain menjadi panas, sangat panas, sehingga laut beriak dan bergolak seperti air mendidih. Saat berikutnya dengan cepat laut menjadi tenang, dan permukaannya sehalus cermin. Air mengalir deras, namun tenang, tetapi di bawah permukaan ada arus yang sangat kuat, yang mengancam mereka yang tanpa disadari cukup berani untuk masuk dan menantang kekuatannya. Begitulah kerumitan lagu itu.

Guo Jing duduk bersila di tanah sambil mengerahkan tenaga dalam Perguruan Quanzhen untuk menekan gejolak di hatinya, dan menyegarkan jiwanya, sambil menahan godaan suara seruling. Pada saat yang sama ia terus mengetuk-ngetuk tongkat bambu untuk mengganggu irama seruling.

Ketika Huang Yaoshi, Hong Qigong dan Ouyang Feng saling bertarung dengan suara sebelumnya, mereka menyerang dan bertahan secara bergantian. Mereka harus menjaga hati dan pikiran mereka sendiri sambil mencari kesempatan untuk melancarkan serangan balik, masing-masing berusaha menaklukkan hati dan pikiran yang lain. Tenaga dalam Guo Jing jauh lebih rendah dari ketiganya, ia hanya mampu memasang pertahanan yang kuat, tanpa bisa melancarkan serangan balik. Tapi Huang Yaoshi juga tidak bisa menembus pertahanannya.

Setelah sekian lama, volume seruling berangsur-angsur berkurang, sehingga sulit didengar. Guo Jing berhenti mengetuk untuk mendengarkan. Inilah saat yang ditunggu-tunggu oleh Huang Yaoshi, tiba-tiba saat suaranya menjadi lebih lembut, semakin kuat tenaga yang dibawanya. Karena Guo Jing mendengarkan dengan penuh perhatian, hatinya mulai mengikuti irama seruling. Seandainya ini terjadi pada orang lain, mereka akan jatuh ke dalam perangkap dan tidak akan bisa melarikan diri, tapi Guo Jing berbeda. Ia telah mempelajari Pertarungan Antar Tangan Kiri-Kanan, dan ia mampu membagi pikirannya. Ia menggunakan tangan kirinya untuk mengambil sepatu dari kaki kirinya untuk mengetuk tiang bambu. “Tuk! Tuk! Tuk!” sekali lagi, mengganggu suara seruling.

Huang Yaoshi terkejut, “Anak ini punya keterampilan yang luar biasa, ia benar-benar tidak bisa diremehkan.” Ia mulai berjalan mondar-mandir sesuai dengan Delapan Trigram sambil terus bermain.

Kedua tangan Guo Jing memukul tiang bambu dengan tempo yang tidak menentu berlawanan dengan irama seruling. Tangannya seperti dua orang yang bergabung untuk bertahan melawan serangan Huang Yaoshi. “Duk, duk, duk! Tok, tok, tok!” Kekuatan pertahanannya berlipat ganda.

Hong Qigong dan Ouyang Feng diam-diam memusatkan perhatian dan tenaga mereka untuk menjaga diri dari pertarungan tenaga dalam antara kedua orang ini. Meski satu pihak hanya bertahan, mereka tidak berani sembarangan mengabaikan tenaga serangan dari seruling.

Suara seruling tiba-tiba terdengar berubah dari tinggi ke rendah, selalu berubah, aneh namun indah. Guo Jing tiba-tiba merasakan semburan udara dingin yang dibawa oleh suara seruling. Ia merasa tubuhnya terbungkus lapisan es yang tebal, yang membuatnya menggigil hebat.

Suara seruling perlahan naik ke atas bukit, makin lama makin kuat. Guo Jing merasa dingin sampai ke tulangnya. Ia berjuang keras untuk mengalihkan pikirannya dan memikirkan tentang matahari yang terbakar di langit, atau tentang menyentuh besi yang terkena panasnya siang hari, atau tentang memegang bara api di tangannya, atau bahwa ia sedang memasuki kompor yang sangat panas, singkatnya segala jenis pikiran yang memicu panas. Ia berhasil. Huang Yaoshi melihat sisi kiri Guo Jing membiru dan menggigil kedinginan, sedangkan sisi kanannya merah terik karena panas.

Huang Yaoshi dalam hati terkagum-kagum. Sekali lagi ia mengubah suara seruling, sekarang musim dingin telah berlalu, dan musim panas tiba. Guo Jing berjuang keras untuk melawan, tetapi tempo tepukannya mulai mengikuti irama seruling. Huang Yaoshi berkata dalam hatinya, “Jika anak ini terus melawan seperti ini — meskipun dia masih muda, dia tidak akan mampu menahan panas dan dingin berturut-turut, dan dia akan menderita penyakit parah di masa depan.” Suara seruling menjadi anggun, menyebar ke dalam hutan lalu berhenti.

Guo Jing menghela nafas panjang, berdiri terhuyung-huyung dan hampir jatuh lagi ke tanah. Hanya setelah menarik napas dalam-dalam beberapa kali ia berhasil menenangkan diri. Ia tahu Huang Yaoshi telah menunjukkan belas kasihan, jadi ia melangkah maju, membungkuk dan berterima kasih kepadanya. “Terima kasih banyak Huang Daozhu sudah menunjukkan belas kasihan,” katanya, “Dizi sangat berterima kasih.”

Huang Rong melihat tangan kiri Guo Jing masih memegang sepatunya dan tidak bisa menahan tawa, “Jing Gege, pakai sepatumu kembali,” katanya.

“Ya,” jawab Guo Jing, dan mengembalikan sepatu itu ke kaki kirinya.

Sebuah pikiran tiba-tiba muncul di benak Huang Yaoshi, “Anak ini masih sangat muda, tapi kungfunya sebenarnya cukup mendalam. Mungkinkah dia hanya pura-pura bodoh, tetapi kenyataannya adalah orang yang sangat cerdas? Kalau begitu, memberikan putriku kepadanya?” Senyum tipis muncul di wajahnya dan ia berkata, “Kau sangat baik, mengapa kau masih memanggilku Huang Daozhu16?” Apa yang dikatakannya adalah, karena Guo Jing telah memenangkan dua dari tiga ujian maka Guo Jing harus memanggilnya Yuefu17.

Siapa sangka Guo Jing benar-benar tidak tahu apa yang dibicarakannya, jadi ia hanya tergagap, “Aku … aku …” matanya menatap Huang Rong, meminta bantuan. Huang Rong berada di surga ketujuh, ia menekuk ibu jari kanannya, memberi isyarat kepada Guo Jing bahwa ia harus bersujud. Guo Jing memahami sinyal ini, jadi ia menekuk lututnya dan bersujud empat kali kepada Huang Yaoshi, tetapi ia tetap tidak membuka mulut untuk berbicara.

Huang Yaoshi tersenyum dan bertanya, “Untuk apa kau bersujud padaku?”

“Rong’er menyuruhku,” jawab Guo Jing dengan jujur.

Huang Yaoshi menghela nafas dalam diam, “Anak bodoh adalah anak bodoh,” pikirnya. Mengulurkan tangannya ia mengambil sapu tangan sutra dari telinga Ouyang Ke, dan memberikan keputusannya. “Mengenai tenaga dalam, Guo Xianzhi lebih kuat, tetapi ujianku adalah pengetahuan musik, di mana Ouyang Xianzhi jauh lebih baik… Anggap saja ujian kedua adalah seri. Aku akan mengatakan ujian ketiga, dan mempersilakan kedua keponakan untuk menentukan siapa yang terbaik.

Ouyang Feng tahu keponakannya telah kalah, tetapi ia tidak menyangka Huang Yaoshi akan membantunya, jadi ia dengan cepat menjawab, “Benar, benar! Biarkan mereka bersaing sekali lagi.”

Hong Qigong kesal tetapi tidak mengatakan apa-apa, ia berpikir, “Gadis itu adalah putrimu dan orang lain tidak bisa ikut campur. Kau ingin memberikannya kepada Si Cabul Busuk itu. Aku selalu ingin melawanmu, tapi saat ini sulit bagi kedua tanganku untuk melawan keempat tanganmu. Tunggu sampai aku meminta bantuan Kaisar Duan. Nanti kita lihat…”

Huang Yaoshi mengeluarkan sebuah buku tipis dengan sampul sutra merah dari dadanya dan berkata, “Istriku dan aku hanya memiliki seorang anak perempuan. Sayangnya dia meninggal sebelum waktunya. Hari ini Saudara Feng dan Saudara Qi ada di sini untuk melamarnya. Jika istriku ada di sini, aku yakin dia akan sangat senang…” Mendengarkan ayahnya berbicara, mata Huang Rong memerah. Huang Yaoshi melanjutkan, “Buku ini ditulis oleh istriku pada tahun yang sama ketika dia meninggal. Ini adalah buah dari kerja kerasnya. Aku akan membiarkan kedua Keponakan ini membacanya dan kemudian menghafalkannya. Siapa pun yang berhasil menghafal paling banyak akan ditunangkan dengan putriku.” Ia memandang Hong Qigong dengan senyum dingin tersamar di wajahnya, tetapi ia melanjutkan, “Sebenarnya Keponakan Guo sudah memenangkan satu ujian, tetapi buku ini sangat memengaruhi hidupku, karena istriku meninggal akibat buku ini. Sekarang aku diam-diam berharap jiwanya di surga akan secara pribadi memilih menantu kami, dan dia akan memberkati Keponakan yang menang.”

Hong Qigong tidak bisa lagi mempertahankan kesabarannya. Ia berteriak keras dan jelas, “Huang Laoxie! Siapa yang mau mendengarkan cerita hantumu? Kau tahu betul bahwa muridku orang bodoh, dan tidak tahu buku atau puisi, tapi kau bersikeras untuk mengujinya tentang hal itu. Kemudian kau menakut-nakuti dia dengan berbicara tentang istri mudamu yang sudah meninggal. Kau tidak tahu malu!” Dia mengebaskan lengan bajunya yang panjang dan membalikkan tubuhnya untuk pergi.

Huang Yaoshi mencibir, “Qi Xiong, kalau kau datang ke Pulau Bunga Persik untuk memamerkan kekuatanmu, kau masih perlu berlatih beberapa tahun lagi,” katanya dengan dingin.

Langkah Hong Qigong terhenti, “Apa?” Ia mengangkat alisnya. “Kau ingin melawanku?” Dia bertanya.

“Kau tidak mengerti teori ‘Gerbang Aneh Lima Elemen’18,” jawab Huang Yaoshi, “Jangan pernah berpikir untuk meninggalkan pulau ini hidup-hidup tanpa seijinku.”

Hong Qigong marah, “Aku akan membakar pohon dan semak bungamu yang bau!”

“Kalau kau punya kemampuan untuk itu, silakan coba!” kata Huang Yaoshi dengan dingin dan menantang.

Guo Jing tahu mereka berdua akan bertarung, dan ia juga tahu bahwa Pulau Bunga Persik tidak bisa dianggap enteng. Ia takut gurunya akan jatuh ke dalam perangkap di pulau itu. Ia cepat-cepat melangkah maju dan berkata, “Huang Daozhu, Shifu, biarkan dizi dan Ouyang Dage ini bersaing sekali lagi dalam lomba menghafal buku ini. Dizi benar-benar bodoh, dizi kalah, berarti memang kalah.” Tapi di dalam hatinya ia berpikir, “Aku akan menunggu sampai Shifu aman, lalu Rong’er dan aku akan melompat ke laut, dan berenang sejauh kekuatan kami mampu membawa kami. Lalu kami akan mati bersama di laut.”

“Hebat!” ejek Hong Qigong. “Kau sudah tidak sabar untuk kehilangan muka, kan? Silakan kalau begitu! Silakan!” Pemikirannya adalah, ‘kalau toh kau akan kalah, mengapa harus bersaing?’ Ia bermaksud membawa murid-muridnya dan berjalan pergi ke pantai, merebut perahu dan berlayar menjauh dari pulau. Siapa yang mengira bahwa muridnya yang bodoh ini tidak akan bertindak sesuai dengan keadaan? Ia tidak punya pilihan selain menyerah.

“Jadilah anak yang baik dan duduk dengan tenang. Jangan berpikir aneh-aneh,” kata Huang Yaoshi kepada putrinya.

Huang Rong tidak mengatakan apa-apa, tapi ia menduga Guo Jing akan gagal dalam ujian berikutnya. Ayahnya berkata bahwa dia akan membiarkan almarhum ibunya memilih menantu mereka, itu berarti dua tes sebelumnya yang dimenangkan Guo Jing tidak dihitung sama sekali. Dari tiga tes, Guo Jing jelas memenangkan yang kedua, jadi keputusan seri sulit diterima. Singkatnya, ia percaya bahwa alasan ayahnya bersikeras melakukan tes ketiga adalah agar Ouyang Ke menang. Ia mulai menyusun rencana untuk kabur, entah bagaimana caranya ia akan mengeluarkan Guo Jing dari pulau itu.

Huang Yaoshi menyuruh Ouyang Ke dan Guo Jing untuk duduk berdampingan di atas batu besar, lalu ia memperlihatkan buku itu di depan mereka. Ouyang Ke melihat di sampulnya tertulis dengan karakter segel19 dengan enam karakter, Jiu Yin Zhen Jing, ia sangat gembira. “Kitab Sembilan Bulan adalah buku pedoman kungfu paling mendalam di dunia ini. Ayah mertua pasti sangat menyayangiku, karena mengijinkan aku membaca buku yang luar biasa ini.” pikirnya. Di pihak lain, Guo Jing juga melihat keenam karakter itu, tetapi ia tidak memahaminya. Ia berpikir, “Dia sengaja ingin mempersulit aku. Bagaimana bisa tahu arti karakter kecebong melengkung seperti itu? Bagaimanapun juga aku akan mengaku kalah.”

Huang Yaoshi membuka sampulnya, dan buku itu sebenarnya ditulis dengan karakter normal. Tulisan tangannya anggun dan jelas ditulis oleh tangan perempuan. Guo Jing mulai membaca dan jantungnya berdetak kencang. Baris pertama berbunyi, “Jalan Surga, perbaikan sederhana tidak cukup untuk memperbaiki kerusakan, itu benar-benar kemenangan kosong, tidak cukup untuk kemenangan yang nyata.” Kalimat tu persis seperti kalimat yang dihafalkannya karena disuruh Zhou Botong. Ia melihat lebih jauh ke bawah, dan ia lebih terkejut lagi, karena semua kalimat itu adalah kalimat yang sudah dihafalkannya dengan susah payah.

Huang Yaoshi menunggu sebentar, dan ketika ia mengira keduanya telah selesai, ia membalik halaman itu. Di halaman kedua kata dan frase agak rusak, dan lebih jauh ke dalam buku, kalimat menjadi lebih membingungkan dan karakter-karakternya tampak lembut dan lemah.

Hati Guo Jing terguncang lagi ketika ia mengingat cerita Zhou Botong tentang bagaimana Huang Furen menulis ulang Jiu Yin Zhen Jing hanya berdasarkan ingatan, dan bagaimana hal itu menguras emosi dan fisiknya sehingga ia meninggal saat melahirkan anaknya. Buku ini jelas adalah yang ditulisnya sebelum meninggal. “Mungkinkah yang diajarkan Kakak Zhou kepadaku adalah Jiu Yin Zhen Jing?” pikirnya, bertanya-tanya dalam hati. “Tidak! Itu tidak mungkin! Jilid kedua dari Jiu Yin Zhen Jing hilang di tangan Mei Chaofeng, dari mana dia bisa mendapatkannya?”

Huang Yaoshi melihatnya menatap kosong, melamun, dan bahkan tampak bingung. Ia tidak memperhatikan lebih lanjut, dan perlahan membalik halaman satu per satu. Awalnya Ouyang Ke mampu menghafal apa yang tertulis, tetapi kemudian ketika sampai di metode latihan, kalimatnya kacau dan tidak ada hubungan yang jelas antara yang sebelumnya dan yang berikutnya. Lebih jauh ke dalam buku, bahkan karakternya pun tidak jelas. Semangatnya tenggelam dan ia tidak bisa menahan desahan dalam hati, “Sepertinya dia masih tidak mau menunjukkan kepadaku tulisan lengkap kitab itu yang sebenarnya.” Tapi kemudian ia punya pikiran lain, “Meskipun aku tidak bisa melihat buku lengkapnya, dibandingkan dengan bocah tolol ini aku yakin aku menghafal lebih banyak tulisan. Dengan ujian ini kemenanganku sudah bisa dipastikan.” Punya pikiran seperti ini ia merasa puas, dan tidak bisa menahan diri untuk melirik ke arah Huang Rong.

Huang Rong menangkap pandangannya dan menjulurkan lidah sambil membuat wajah jelek. “Kakak Ouyang,” katanya, “Kau menangkap Mu Jiejie dan memasukkannya ke dalam peti mati di kuil leluhur. Kau mencekiknya sampai mati. Dia datang ke dalam mimpiku tadi malam, rambutnya acak-acakan, wajahnya berlumuran darah dan dia bilang mau mencarimu. Dia ingin mengambil nyawamu.”

Ouyang Ke sudah lama melupakannya, dan sekarang tiba-tiba Huang Rong menyebutkan namanya. Ia terkejut, “Wah, celaka! Aku lupa mengeluarkannya dari sana!” Ia berpikir, “Sayang sekali seorang gadis muda seperti dia mati lemas di dalam peti mati.” Tapi kemudian ia melihat Huang Rong sedang tersenyum, rupanya ia bercanda. “Bagaimana kau bisa tahu dia ada di peti mati? Kau menyelamatkan dia?” tanyanya.

Ouyang Feng tahu Huang Rong sedang mencoba mengacaukan pikiran keponakannya, supaya ia tidak bisa mengingat teks itu. “Ke’er,” katanya, “Jangan repot-repot dengan hal lain, hanya konsentrasi pada buku!” Ouyang Ke menggigil. “Ya,” katanya, dan dengan cepat mengalihkan pandangannya kembali ke buku itu.

Guo Jing memperhatikan bahwa kalimat dalam buku itu hampir sama dengan yang diajarkan Zhou Botong kepadanya. Yang ada dalam ingatannya bahkan lebih teratur daripada yang ada di buku ini. Buku ini mengandung banyak lubang, kalimat yang tidak lengkap dan kata-kata yang hilang di dalamnya. Ia mengangkat kepalanya dan menatap dahan-dahan pohon, mencoba memahami semua itu.

Beberapa saat kemudian Huang Yaoshi membalik halaman terakhir. “Siapa yang akan membaca pertama?” tanyanya.

Ouyang Ke berpikir, “Buku ini membingungkan dan sangat sulit untuk dihafal. Aku lebih baik menghafalnya selagi masih segar dalam ingatan.” Menyambar kesempatan ia berkata, “Aku!”

Huang Yaoshi menganggukkan kepalanya, lalu kepada Guo Jing ia berkata, “Silakan pergi ke hutan bambu di sana. Kau tidak boleh mendengarkan dia menghafal.”

Guo Jing mematuhinya dan berjalan beberapa puluh langkah menuju hutan bambu. Huang Rong melihat ini sebagai kesempatan bagus bagi mereka untuk melarikan diri bersama, jadi ia diam-diam berjalan ke arahnya. Huang Yaoshi tiba-tiba berseru, “Rong’er, sini! Kau harus mendengarkan mereka menghafalkan, kalau tidak kau akan bilang aku berpihak!”

“Ayah memang berpihak,” jawab Huang Rong. “Tidak perlu orang lain yang mengatakan itu.”

“Itu tidak masuk akal!” kata Huang Yaoshi sambil tertawa. “Sini!”

Dengan mulutnya Huang Rong diam-diam berkata, “Aku tidak ingin datang,” tetapi ia tahu betul temperamen ayahnya, begitu dia memutuskan untuk mengawasi semua langkahnya, akan semakin sulit baginya untuk melarikan diri. Perlahan ia berjalan kembali ke arah mereka, memberikan Ouyang Ke senyum termanisnya dan berkata, “Kakak Ouyang, apa yang baik dari aku, sehingga kau sangat menyukaiku?”

Hati Ouyang Ke meleleh dan pandangannya kabur. Sambil menyeringai lebar ia menjawab, “Mei Mei, kau… kau…” ia tidak bisa mengatakan lebih dari itu.

“Jangan terlalu cepat kembali ke Barat,” tambah Huang Rong. “Tinggallah di Pulau Bunga Persik selama beberapa hari lagi. Barat sangat dingin, kan?”

“Barat jauh lebih besar dari yang kau kira. Ada beberapa daerah dingin, tidak diragukan lagi, tetapi bagian lain hangat dan cerah, seperti Jiangnan,” jawab Ouyang Ke.

“Aku tidak percaya,” kata Huang Rong tersenyum. “Kau suka menipu orang.”

Ouyang Ke hendak berdebat dengannya, tetapi Ouyang Feng dengan dingin berkata, “Nak, kau bisa mengobrol lagi nanti, sekarang kau perlu menghafalkan buku itu.”

Ouyang Ke terkejut, ia baru menyadari bahwa percakapan Huang Rong tadi dimaksudkan untuk membuatnya bingung, dan memang sekarang ia telah melupakan banyak karakter dari bagian yang membingungkan. Karena itu ia memusatkan kembali perhatiannya dan perlahan membaca buku itu. “Jalan Surga, perbaikan sederhana tidak cukup untuk memperbaiki kerusakan, itu benar-benar kemenangan kosong, tidak cukup untuk yang nyata…”

Ingatannya cukup baik. Ia berhasil mengingat sebagian besar teori di bagian depan, tetapi menjelang bagian akhir buku — di mana metode latihan dijelaskan, ia banyak lupa. Sebenarnya tidak mengherankan, karena Nyonya Huang tidak mengerti ilmu bela diri, dan beberapa waktu kemudian ia baru menulis ulang buku itu dari ingatan, jadi kata-katanya tanpa sadar campur aduk. Ouyang Ke hanya berhasil mengingat sekitar sepuluh persen dari bagian terakhir ini. Sementara itu Huang Rong terus berusaha mengalihkan perhatiannya dengan berkata, “Tidak benar! Kau salah ingat!” Ia bahkan tidak dapat mengingat sepuluh persen menjelang akhir buku.

Huang Yaoshi tersenyum dan berkata, “Kamu mengingat sebanyak itu, dan itu sangat bagus!” Dengan meninggikan suaranya, ia berseru, “Keponakan Guo, giliranmu untuk menghafal.”

Guo Jing berjalan kembali, dan melihat ekspresi sombong di wajah Ouyang Ke ia berpikir, “Orang ini sangat pintar, dia hanya membacanya sekali, tapi dia masih bisa mengingatkan tulisan omong kosong ini. Aku tidak punya kemampuan itu, jadi aku lebih baik menghafalkan yang diajarkan Kakak Zhou. Kalau salah, ya sudahlah… aku tidak punya pilihan.”

Hong Qigong berkata, “Anak bodoh, mereka sengaja ingin membodohi kita, mereka merencanakan semuanya.”

Huang Rong tiba-tiba menendang tanah dan melompat ke atas pondok bambu. Dengan sentilan tangannya ia menodongkan belati ke dadanya sendiri dan berkata, “Ayah, kalau ayah bersikeras aku pergi ke Barat dengan bocah tengik itu, aku akan mati di sini sekarang di hadapanmu.”

Huang Yaoshi tahu putri tunggalnya ini akan melakukan apa saja yang dikatakannya, jadi ia berteriak, “Letakkan pisau itu! Kita bisa membicarakannya.”

Ouyang Feng mendorong tongkatnya ke tanah dan dengan suara mendengung, sesuatu terbang dari tongkat itu langsung ke arah Huang Rong. Senjata rahasia itu sangat cepat, sebelum Huang Rong bisa melihat apa itu, ia sudah mendengar suara dentang dan belati itu terbang dari tangannya, jatuh ke tanah. Pada saat yang sama Huang Yaoshi melompat ke atap, merentangkan tangannya, meraih bahu putrinya dan dengan lembut berkata, “Tidak apa-apa kalau kau tidak ingin menikah. Kau bisa tinggal di Pulau Bunga Persik dan menemani ayahmu selama sisa hidupmu.”

Huang Rong mengayunkan tangan dan kakinya, menangis, “Ayah, ayah tidak mencintai Rong’er! Ayah tidak mencintai Rong’er!”

Hong Qigong geli melihat Huang Yaoshi yang menjelajahi danau dan laut tanpa rasa takut, yang membunuh orang tanpa mengedipkan mata, sebenarnya kesulitan mengendalikan putrinya sendiri. Ia tidak bisa menahan perasaannya lagi, dan tertawa keras-keras.

Ouyang Feng berpikir, “Aku akan menunggu keputusan akhir dan kemudian aku akan mengurus Pengemis Tua ini, dan bocah bermarga Guo itu. Kita akan memilah hal-hal lain nanti. Kalau gadis ini bertingkah seperti anak manja, apa peduliku?” Oleh karena itu ia berkata, “Kungfu Keponakan Guo sangat bagus, dia adalah pendekar muda sejati. Kecerdasannya juga harus prima. Yao Xiong, sebaiknya biarkan dia mulai menghafal.”

“Betul!” kata Huang Yaoshi. “Rong’er, kalau kau terus mengoceh, kau akan mengganggu konsentrasi Keponakan Guo.” Huang Rong segera menutup mulutnya.

Ouyang Feng sangat ingin mempermalukan Guo Jing. “Keponakan Guo, tolong mulai membaca. Kami akan mendengarkan dengan hormat,” desaknya.

Wajah Guo Jing memerah, ia berpikir, “Aku tidak bisa melakukannya. Aku lebih baik menghafalkan apa yang diajarkan Kakak Zhou. Setelah itu ia mulai menghafal, “Jalan Surga, perbaikan sederhana tidak cukup untuk memperbaiki kerusakan, itu benar-benar kemenangan kosong, tidak cukup untuk yang nyata…” Ia sudah menghafal isi Jiu Yin Zhen Jing dari awal hingga akhir ratusan kali sebelumnya. Sekarang semua itu tertanam dalam di otaknya. Ia membaca perlahan tapi pasti tanpa ragu sama sekali.

Sekitar setengah halaman kemudian semua orang tercengang dan mereka berpikir, “Anak ini kelihatannya lamban dan bodoh, tapi ternyata sebenarnya sangat pintar.”

Dengan cepat Guo Jing mencapai halaman keempat. Hong Qigong dan Huang Rong tahu betul bahwa Guo Jing tidak punya kecerdasan seperti itu, dan mereka tidak tahu apa yang merasukinya, mereka sangat terkejut.

Huang Yaoshi mendengarkan dengan penuh perhatian dan membandingkan setiap kata dengan yang ada di buku. Ia menemukan kenyataan bahwa kalimat Guo Jing sepuluh kali lebih logis, tegas, dan menyerupai teks asli yang bisa diingatnya. Hatinya menjadi dingin dan ia tanpa sadar berkeringat dingin. “Mungkinkah arwah istriku yang sudah meninggal di dunia bawah tanah begitu pintarnya, sehingga dia berhasil mengingat teks lengkapnya, dan meneruskannya kepada bocah ini?” Kata-kata itu terus mengalir dari mulut Guo Jing seperti tetesan air. Huang Yaoshi mulai yakin bahwa semangat istrinya membantu anak muda ini, ia melihat ke langit dan dengan lembut bergumam, “Ah Heng, Ah Heng, kau sangat mencintaiku, sehingga kau menggunakan mulut anak laki-laki ini untuk memberikan kitab kepadaku. Tapi kenapa kau tidak membiarkan aku melihatmu sekilas saja? Aku sudah memainkan serulingku setiap malam untukmu, apakah kau mendengarnya?”

Ah Heng adalah nama panggilan Nyonya Huang, dan tak ada orang lain selain dia yang mengetahui hal ini, tentu saja tidak ada orang lain yang tahu apa yang dia bicarakan. Mereka melihat wajahnya tampak berbeda, matanya berkaca-kaca, mulutnya bergetar tetapi tidak ada kata-kata yang keluar dari situ, mereka bingung.

Setelah berada dalam kondisi linglung untuk beberapa saat, Huang Yaoshi tiba-tiba berpikir lain. Ia melambaikan tangannya untuk menghentikan Guo Jing. Wajahnya sedingin es, dengan sengit ia bertanya, “Jiu Yin Zhen Jing yang hilang dari Mei Chaofeng itu, di mana kau menemukannya?”

Guo Jing melihat matanya menatap tajam, seolah-olah ingin membunuh, dan ia benar-benar ketakutan. “Dizi benar-benar tidak tahu Mei… keberadaan Mei Qianbei. Kalau dizi melakukannya, dizi dengan senang hati akan membantu mengambilnya dan mengembalikannya kepada Huang Daozhu.”

Huang Yaoshi menatapnya dengan tatapan tajam, tetapi ia tidak melihat sedikit pun tipu daya di wajah Guo Jing. Ia terpaksa percaya bahwa mendiang istrinya dari dunia bawahlah yang mengajari Guo Jing, ia merasakan suka dan duka dalam waktu yang bersamaan. Dengan suara lantang dan jelas ia memberikan keputusannya, “Baiklah! Qi Xiong, Feng Xiong, mendiang istriku yang memilih menantu kami. Saudaramu tidak bisa bicara apa-apa lagi. Nak, aku menunangkan Rong’er denganmu. Perlakukan dia dengan baik. Aku sudah memanjakan Rong’er dengan cara yang buruk, jadi kau harus meluangkan tiga puluh persen dari waktumu untuk dia.”

Huang Rong sangat gembira dan ia tersenyum lebar, “Aku justru anak yang sangat baik, siapa bilang aku manja?”

Guo Jing mungkin bodoh, ia mungkin lambat, tapi kali ini ia tidak membutuhkan Huang Rong untuk mendorongnya, ia segera berlutut dan bersujud, “Yuefu!”

Ia belum berdiri kembali ketika Ouyang Ke tiba-tiba berseru, “Tunggu!”

  1. Jiu Cui Ting (旧翠亭) = Pondok Tua yang berwarna hijau batu giok. 

  2. Tao hua ying li, fei shen jian (桃花影利,飞神剑). Arti literalnya adalah “Bayang-bayang Bunga Persik, Pedang Dewa Terbang” 

  3. Bi hai chao sheng an yu xiao (碧海潮生按玉箫), artinya adalah “Gelombang laut biru yang berasal dari suara seruling giok”. Di sini “Bi hai chao sheng” adalah nama lagu yang menjadi ciri khas Huang Yaoshi. 

  4. Dibandingkan dengan panggilan seperti cara Huang Rong memanggil Guo Jing ‘Ge’, ‘Xiong’ agak lebih formal dan hormat. 

  5. Tie Ban Qiao (铁板桥) = Jembatan Besi. 

  6. Gu Zheng (古筝) adalah sitar dari era Dinasti Qin, yang awalnya diciptakan oleh Jendral Meng Tian. Sebetulnya alat musik ini agak berbeda dengan Gu Qin (古琴). Keduanya sama-sama dari Dinasti Qin, dan sama-sama sitar, tetapi Gu Qin punya 7 senar, sedangkan Gu Zheng punya 13 senar di era Dinasti Qin, tetapi bisa mencapai 21 senar di era yang lebih modern. Selain itu Gu Zheng dilengkapi dengan bridge yang bisa digeser-geser di setiap senarnya. Karena instrumen yang dimainkan oleh Ouyang Feng dengan jelas disebut sebagai zheng, maka bisa kita tarik kesimpulan bahwa yang dimaksud adalah Gu Zheng. 

  7. Salah satu dari Tiga Ngarai di Sungai Yangtze. 

  8. Hong Laogai (洪老丐), Pengemis Tua Hong. 

  9. Kantong arak atau botol arak ini terbuat dari buah labu kering, yang disebut Hulu (葫芦). Biasa dipakai untuk membawa air minum atau arak. Hong Qigong selalu membawa botol arak berwarna merah yang menjadi salah satu ciri khasnya. 

  10. Qian Jin (千金) bermakna ‘Seribu Emas’. Maksudnya adalah ‘Harta yang paling berharga’ milik Huang Yaoshi, yaitu Huang Rong, putri tunggalnya. Ouyang Feng menggunakan istilah ini untuk menyanjung Huang Yaoshi. 

  11. Dalam tradisi masyarakat Tionghoa, setiap perkawinan dengan mutlak harus menghadirkan seorang ‘mak comblang’, alias perantara. Mak Comblang ini bukan dari anggota keluarga. Tetapi dia bertindak atas nama salah satu anggota keluarga. Peranannya sudah dimulai pada saat meminang calon pengantin perempuan. 

  12. Zhuang Yuan (狀元) adalah gelar atau jabatan yang diberikan kepada seorang penulis tesis yang keluar sebagai juara pertama di dalam ujian negara. 

  13. Makna peribahasa tersebut (癞蛤蟆想吃天鹅肉), kurang lebih sama dengan ‘Seperti pungguk merindukan bulan’, baca lebih lanjut

  14. Xiao Ming (小命). Istilah ini digunakan untuk mengatakan bahwa nyawa seseorang bernilai kecil. 

  15. Ini berarti ‘Anak Yang Baik’. 

  16. Huang Yaoshi adalah pemilik Pulau Bunga Persik, karena itu Guo Jing memanggilnya Dao Zhu, yang memang berarti ‘Majikan Pulau’. 

  17. Ayah Mertua = Yue Fu (岳父). 

  18. Ini berkaitan erat dengan Taoisme, terutama sekali yang berhubungan dengan Ba Gua. Kalau Anda pernah memainkan game semacam Maze, maka intinya kurang lebih adalah sama. Tetapi tentunya apa yang disusun Huang Yaoshi di Pulau Persik jauh lebih rumit dari game modern, karena semuanya berdasarkan Ba Gua dan ajaran dasar Taoisme. 

  19. Zhuan Shu (篆书), atau Seal Script, adalah karakter-karakter yang bisa ditemukan dalam dokumen-dokumen resmi, seperti misalnya, Titah Kaisar, Tata Tertib Istana, dan sebagainya. Semuanya ini adalah karakter kuno yang berasal dari era Dinasti Shang, atau bahkan lebih kuno lagi. Stempel Kekaisaran juga memakai karakter ini. Kurang jelas mengapa di situ dikatakan bahwa nama kitab itu ditulis dalam enam karakter, padahal sudah jelas empat. Kemungkinan besar ini mengandung kalimat semacam ‘Buku Satu’, atau sejenisnya. Atau, sekedar berspekulasi, karakter Yin (阴) dan Jing (经) di dalam Zhuanshu ternyata dituliskan terpisah (keduanya mengandung bagian kiri dan kanan). Dengan demikian jumlah totalnya menjadi enam karakter. Karakter Yin terdiri dari 阝dan 侌. Sedangkan karakter Jing, secara tradisional ditulis 經. Terdiri dari 糹dan 巠. Elemen kiri 糹adalah karakter yang sangat tidak umum, tidak ada entri di dalam kamus yang menerangkan artinya, tetapi dipakai setidaknya 430 kali untuk merangkai karakter lain, dari bunyinya ada indikasi karakter ini bermakna ‘mengisi’. Sedangkan elemen di sebelah kanan 巠 juga sangat tidak umum, tetapi punya 1 entri di dalam kamus.