Daftar Buku
🦅 Insiden Di Tengah Badai Salju
Akhirnya si pendeta tertawa, mendadak telapak kanannya menghantam pegangan tombak dengan kecepatan seperti angin. Yang Tiexin merasa pangkal jempol dan telunjuknya mati rasa, dan dengan segera ia melepaskan tombak ke tanah yang diselimuti salju.
🦅 Pertemuan Para Musuh
Mengikuti arahannya, Guo Jing menempatkan Mei Chaofeng di atas bahunya dan buru-buru mengejar lawan yang melarikan diri. Tubuhnya memiliki dasar-dasar kungfu yang kuat, dan tubuh Mei Chaofeng tidak berat, jadi meskipun wanita itu bertengger di atas bahunya, kegesitannya sama sekali tidak berkurang. Ia dengan cepat melompat ke depan dan Mei Chaofeng tegak bersamanya.
🦅 Qiu Chuji Mengaku Kalah
Pada hari yang ke delapan, Guo Jing berhasil mencapai puncak. Ia mengulurkan tangan dan mengangkat Huang Rong ke atas. Mereka melompat-lompat kegirangan, larut dalam kemenangan. Lalu sambil bergandengan tangan, mereka menuruni air terjun sekali lagi
🦅 Kebanggaan Sang Naga
Tiba-tiba Wanyan Kang mengerti. “Dia sedang mengatakan bahwa kami berdua sama sekali tidak ada hubungan darah!” Ia menggenggam tangan kanan gadis itu dan tersenyum. Muka Mu Nianci memerah, ia meronta sedikit, tetapi tidak melepaskan genggamannya, membiarkan pemuda itu menggenggam tangannya. Kepalanya tertunduk lebih dalam.
🦅 Orang Lumpuh Di Lima Danau
Saat perompak Danau Tai dan perahu pejabat Jin mendekat, terdengar suara teriakan, makian, benturan senjata, dan suara cipratan air, saat tubuh-tubuh manusia jatuh ke air. Setelah beberapa saat, perahu pejabat terbakar, apinya menerangi langit yang gelap dan memancarkan sinar merah menyala di atas danau.
🦅 Majikan Pulau Bunga Persik
Kekuatan Delapan Belas Jurus Penakluk Naga tidaklah ringan. Namun Mei Chaofeng selalu tahu sebelumnya kemana arah serangannya dan mampu menghindar dengan cepat. Beberapa langkah kemudian orang aneh itu menjentikkan tiga kerikil secara berurutan. Mei Chaofeng mengikuti suara itu dan meluncurkan tiga serangan mematikan satu demi satu.
🦅 Sang Naga Mengibaskan Ekor
Guo Jing melihat di depannya ada dua patung tanah liat, yang satu mirip laki-laki, yang lain perempuan. Patung-patung ini dibuat di kota Wuxi yang terkenal. Mereka bulat, gemuk dan sangat lucu. Di depan patung-patung itu ada mangkuk tanah liat kecil berisi kelopak bunga, daun, dan sebagainya.
🦅 Kitab Sembilan Bulan
Tutup peti mati terbuka, ternyata belum dipaku. Tidak ada jenazah di dalamnya, hanya seorang gadis cantik dengan sepasang mata lebar. Itu tidak lain adalah Mu Nianci. Yang Kang terkejut dan dengan cepat ia mengulurkan tangannya untuk membantunya bangkit.
🦅 Pertarungan Antar Tangan
Bocah Tua Nakal Zhou Botong dan Si Sesat Timur Huang Yaoshi sedang mengadu kelereng, dengan taruhan Jiu Yin Zhen Jing dan Rompi Kulit Landak. Istri Huang Yaoshi yang baru dinikahinya menyaksikan acara itu dari pinggir lapangan. Meskipun adu kelereng adalah permainan anak-anak, permainan khusus ini punya tingkat kesulitannya sendiri.
🦅 Tiga Ujian
Huang Yaoshi terus meniup seruling. Guo Jing mengangkat tangannya dan memukul tongkat bambu di antara dua ketukan musik. Ia mengetuk lagi, masih di antara dua ketukan musik. Ia sudah memukul tongkat bambunya empat kali, semuanya di tempat yang salah.
🦅 Badai dan Serangan Hiu
Sendirian di ruangan bawah tanah yang kecil itu dan melihat lukisan mendiang ibunya yang dibuat oleh tangan ayahnya sendiri, dengan emosi yang naik turun, Huang Rong berpikir, “Aku belum pernah melihat ibu. Aku bertanya-tanya setelah aku mati, akankah aku bertemu dengannya? Apakah dia benar-benar secantik di gambar? Di mana dia sekarang? Apa dia di langit, di bawah tanah, atau masih di ruangan ini?”
🦅 Tujuh Orang Aneh Dari Jiangnan
Tubuh Han Baoju sebetulnya berada di perut kuda, dengan kaki kirinya di pedal, dan kaki kanan bersama dengan kedua tangannya memegang tong, menjaga keseimbangannya di atas pelana. Kuda itu sangat cepat dan stabil, seolah-olah tangga itu hanya sebidang tanah datar.
🦅 Kitab Yang Diubah
Tiang yang terbakar memisahkan kedua orang itu. Ouyang Feng mengambil tongkat ularnya dan melompati tiang yang menyala. Hong Qigong segera mencabut tongkat bambu dari pinggangnya dan menangkis serangan itu. Mereka telah bertarung dengan ganas dengan tangan kosong sebelumnya, jadi bayangkan betapa sengitnya pertempuran sekarang karena keduanya menggunakan senjata.
🦅 Batu Seribu Kati
Mereka beraksi bersama dan menggunakan pohon oak sebagai poros untuk menarik formasi tali yang saling silang. Tali menjadi kencang dan batu terangkat perlahan. Matahari akan terbenam dan langit berwarna merah, menyinari permukaan air. Air pasang sudah padam dan tubuh Ouyang Ke berada di lumpur dengan mata tertuju ke batu. Itu bergerak perlahan dan mantap dengan suara berderit, menyebabkan dia cemas namun bahagia.
🦅 Menunggang Ikan Hiu
Huang Rong duduk dengan mantap di dahan dan berseru, “Tembak!” Membidik ke arah rakit, Guo Jing melepaskan genggamannya dan tubuh Huang Rong terbang ke langit. Dia jungkir balik dua kali di udara dan terjun ke air.
Masalah Besar Di Istana
Sementara mereka berbicara, mereka tiba di Jembatan Rusak di tepi Danau Barat. Karena saat itu musim panas yang mereka lihat adalah teratai di bawah jembatan. Huang Rong melihat toko arak kecil yang rapi di tepi danau. “Ayo minum secawan arak dan nikmati teratai,” katanya. “Bagus sekali,” kata Guo Jing setuju.
Perawatan Di Tempat Tersembunyi
Sha Gu menghampiri Liang Ziweng dan berkata, “Kau memukul hidungku, aku harus memukul hidungmu. Kau memukulku sekali, aku harus membalas tiga kali.” Tinjunya melayang lurus ke arah hidung Liang Ziweng.
Penginapan Terpencil Di Desa
Huang Yaoshi terdiam, berpikir tentang putrinya tetapi menyembunyikan kesedihannya. Lu Guanying dan Cheng Yaojia mencuri pandang ke Huang Yaoshi dan mereka saling pandang, merasa bahagia tetapi juga sedih. Muka dan telinga mereka memerah.
Tatanan Lama, Aliansi Baru
Huang Yaoshi melihat penderitaan di air muka putrinya, jelas sekali perasaannya sulit ditahan atau dilepaskan. Ia tahu cintanya yang mendalam kepada Guo Jing tidak bisa berubah dan tak terpisahkan. Ia menghela nafas panjang. Huang Rong berdiri diam, air matanya turun perlahan-lahan.
Mimbar Di Xuan Yuan
Empat pengemis muda, masing-masing dengan pisau terhunus menjaga di sisi mereka. Huang Rong membalikkan tubuhnya dan tertegun. Ternyata mereka berada di atas sebuah puncak kecil. Di bawah sinar bulan ia dengan jelas melihat air danau di sekitar mereka. Ada panggung tinggi selusin zhang jauhnya. Area di sekitar panggung itu dipenuhi deretan ratusan pengemis.
Puncak Gunung Telapak Besi
Jian Zhanglao buru-buru mundur untuk menghindari pukulan, tetapi Huang Rong tidak mau kehilangan momentum dan terus mengincar titik akupunturnya dengan gencar. Ia mulai berlari, tapi semakin cepat ia berlari, semakin cepat pula tongkat itu mengejarnya. Ia harus terus melompat kesana-kemari sampai keringat menetes di janggut putihnya.
Seorang Wanita Di Tengah Rawa
Di atas meja panjang ada tujuh lampu minyak, disusun dalam Formasi Bintang Utara, di tanah berjongkok seorang wanita berambut kelabu, perhatiannya tertuju pada potongan bambu yang tak terhitung jumlahnya, yang tersebar di tanah. Begitu dalam konsentrasinya bahkan ketika mendengar orang masuk, ia tidak mengangkat kepalanya untuk melihat.
🦅 Kehidupan Di Padang Rumput
Karena marah, Jochi mulai memukul Guo Jing dengan cambuk tunggangannya lagi, menyebabkan Guo Jing berguling-guling kesakitan. Ia berguling di sebelah kaki Jochi sebelum tiba-tiba melompat dan meraih kaki kanannya. Jochi mencoba menghempaskannya dengan sebuah tendangan, tetapi cengkeraman bocah itu sangat kuat, dan ia tidak bisa melepaskan kakinya
Biksu Yideng
Berturut-turut melewati tujuh celah, mereka mendengar seseorang sedang membaca dengan keras, sepertinya mereka sudah sampai di ujung jembatan batu. Di sisi lain celah itu, seorang sastrawan sedang duduk bersila, dengan sebuah buku di tangannya, yang sedang dibacanya. Di belakang sastrawan itu ada celah pendek lainnya.
Saputangan Kekasih
Yideng Dashi menceritakan segala rasa syukur dan dendam, cinta dan benci, yang dilaluinya bersama dengan Selir Liu di masa lalu. Guo Jing dan Huang Rong duduk di tikar meditasi di hadapannya, mendengarkan dengan seksama, sementara Nelayan, Penebang Kayu, Petani dan Sastrawan, keempat murid itu, berdiri di belakang Yideng Dashi.
Di Tepi Sungai Deras
Tukang perahu bisu itu mengambil kapak dan dengan dua bacokan ia memutuskan tali tambat. Segera setelah itu ia mengangkat jangkar. Sementara perahu itu bebas, arus deras menghanyutkannya. Perahu itu belok mendadak ketika lambungnya miring ke samping dan meluncur deras seolah-olah terbang menyusuri sungai.
Malapetaka Yang Akan Datang
Huang Rong memaki, “Kau mau mati?” dan mendorong pelan bahu Lingzhi Shangren. Tanpa menjawab biksu itu terjungkal ke tanah dengan mukanya menghadap ke atas, kaku dan tangannya tidak bergerak, masih tetap dalam posisi duduk bersila, ia tampak sangat aneh.
Perubahan Radikal Di Pulau Persik
Di dalam ruangan itu meja terbalik dan kotoran berserakan di sisinya, buku-buku, pena dan tinta berserakan di lantai dan setengah bagian dari lukisan dan puisi di dinding merosot turun. Guo Jing berdiri terpaku, matanya menatap lurus tanpa ekspresi di mukanya.
Di Sebuah Kuil
Kedua prajurit itu terpaksa menggotong Ke Zhen’E saat mereka meneruskan perjalanan. Huang Rong menggerakkan tongkat bambunya, terus-menerus melecut mereka. Menjelang senja mereka tiba di Kuil Tombak Besi. Di atas pagoda yang tinggi di dekat kuil, burung-burung gagak telah membuat sarang selama beberapa generasi. Ribuan burung gagak terbang kian kemari di udara.
Perjalanan Ke Barat
Ke Zhen’E menggerakkan tombaknya untuk menyerang tangan yang datang itu. Ouyang Feng mengangkat lengannya sedikit dan lengan Ke Zhen’E mati rasa, ia merasakan tekanan di dadanya. Tombaknya terbang ke atas, membuat lubang di langit-langit dan mendarat di atap kuil itu.
Turun Dari Langit
Dari segala penjuru perkemahan, petugas dan tentara datang ke tenda komando untuk menyaksikan pemandangan yang menakjubkan. Para prajurit menggabungkan kekuatan untuk mengangkat es balok itu. Di bawah cahaya obor yang terang mereka melihat Ouyang Feng memamerkan gigi dengan ekspresi marah di wajahnya, tangan dan kakinya terentang lebar. Ia membeku di dalam es balok dan tidak bisa bergerak sedikit pun. Para petugas dan prajurit meledak dalam tepuk tangan meriah.
Perintah Rahasia
Guo Jing meraih salah satu ujung jubah panjangnya dan membiarkan kudanya berlari mendekati Ouyang Feng. Ouyang Feng mengulurkan tangannya dan meraih ujung lainnya. Guo Jing meremas kakinya dan berteriak keras. Kuda merah kecil itu dengan marah menyerbu ke depan dan dengan suara cipratan yang keras, Ouyang Feng ditarik keluar dari lumpur dan diseret ke tanah bersalju.
Mengenali Kebenaran
Itu sebenarnya adalah tempat paling berbahaya di Hua Shan, yang disebut ‘tebing kehidupan’. Siapapun yang melompat dari tempat ini pasti akan menemui kematian yang kejam. Huang Rong berlari ke depan untuk mengambil pakaian Guo Jing. Tangannya menarik kuat-kuat lalu melompati bahunya dan sesaat kemudian dialah yang berdiri di tepi tebing.
🦅 Sepasang Iblis Cakar Tengkorak Putih
Han Baoju merasakan tenaga pukulan itu mendatanginya, dan karena menyadari bahwa ia tidak mampu menahannya, melakukan salto turun dari atas pohon. Tie Shi tidak membiarkannya lolos dan mengikuti tepat di belakangnya, mengincar punggung si pria kecil dengan cakarnya.
Pertandingan Di Hua Shan
Genghis Khan mengambil busur besinya dan mengarahkan anak panahnya ke arah elang betina. Elang mampu memiringkan dirinya dan menyapukan sayapnya untuk menyerang anak panah. Elang jantan marah, ia menjerit panjang dan menukik untuk memukul kepala Genghis Khan.
🦅 Lomba Memanah Burung Elang
Temujin tersenyum, mengarahkan busurnya dan menembakkan panah besi yang, seperti petir, mengiris tubuh elang hitam. Kerumunan bertepuk tangan. Khan kemudian memberikan busurnya kepada Ogedai. “Sekarang giliranmu!”
🦅 Misteri Di Puncak Tebing
Guo Jing menembakkan tiga anak panah yang melesat secepat angin, dan menewaskan tiga orang pengejar terdekat. Sambil tetap menembakkan panah, ia membunuh seorang pengejar lagi. Sementara itu, Jebe sudah tiba di dekatnya dan juga ikut menembakkan anak-anak panahnya, yang sangat cepat dan mematikan.
🦅 Perlombaan Mencari Jodoh
Guo Jing merampas spanduk yang bertuliskan Lomba Mencari Jodoh itu, lalu menyapu tiangnya di sepanjang lengannya. Spanduk itu terbalik di atas muka si pangeran. Si Pangeran memiringkan tubuhnya ke samping dan mengangkat tombaknya. Dengan bayangan merah melingkar dan mata tombak yang berkelap-kelip ia menusukkan tombaknya ke arah Guo Jing.
🦅 Memamerkan Ilmu Silat
Tiba-tiba terdengar suara tawa lembut dan Guo Jing berpaling, dan mendengar suara cipratan air dan sehelai daun melayang turun dari sebuah pohon. Lalu ia melihat seorang anak perempuan di bagian belakang sebuah perahu, sedang mendayung dengan santai. Rambutnya panjang melewati bahu, ia mengenakan setelan putih dari ujung kepala sampai ujung kaki, dan di rambutnya terselip sebuah jepit berwarna keemasan yang berkilau seperti api.
🦅 Tombak Berkarat dan Bajak Rusak
Yang Tiexin menurunkan tombak berkarat yang tergantung di dinding. Ia mengetuk gagang tombak itu dengan lembut sambil menghela nafas, “Tombak besi ini sudah berkarat. Ini sudah lama tidak dipakai.” Wang Fei berkata dengan lembut, “Tolong jangan sentuh tombak itu. Tombak itu barang paling berharga yang aku miliki.” “Betulkah?” tanya Yang Tiexin. “Tombak ini dulunya punya pasangan, tapi sekarang ia tinggal sendirian.”
🦅 Prolog
Ini adalah bagian pertama dalam Trilogi Rajawali, yang secara keseluruhan berkaitan sangat erat dengan perkembangan hubungan antara Tiongkok kuno dengan Mongol. Berawal dari menjelang akhir era Dinasti Song, di mana yang berkuasa adalah Dinasti Song Selatan, dengan ibukotanya Lin’an.
Daftar Tokoh Memanah Rajawali
Daftar karakter atau pemeran dalam novel Memanah Rajawali. Juga secara singkat menceritakan beberapa tokoh sejarah yang dihadirkan di dalam cerita.
Daftar Panggilan Dalam Bahasa Mandarin
Artikel pendukung untuk novel Memanah Rajawali. Halaman ini berisi sebutan atau panggilan dalam bahasa mandarin yang sering dipakai di dalam cerita. Kita harus menyortir semua isi buku Referensi Karakter.md dan memindahkan yang sesuai ke dalam buku ini.
※ Referensi Karakter Bahasa Mandarin
Buku ini sering diakses sebagai referensi dari buku lain yang memakai banyak istilah bahasa mandarin atau kutipan dari kitab-kitab kuno.