Dokumen ini kita pakai untuk menumpuk semua referensi untuk tokoh-tokoh real yang memang pernah hadir di dalam sejarah. Kalau semuanya kita tumpuk dalam sebuah dokumen, lama kelamaan akan kacau dan sulit dikelola.

Untuk memberi ruang bagi kemungkinan baru, sebaiknya setiap tokoh dibahas dengan menggunakan judul level tiga, dan tidak perlu lagi memakai tag <dl> seperti sebelumnya. Hal ini akan mempercepat proses transformasi on the fly, karena tidak perlu memisahkan kode-kode HTML yang mentah.

Sebagai contoh kita mulai dengan Pendeta Qiu Chuji, yang memang adalah seorang tokoh sejarah.

Qiu Chuji (丘处机)

Pendeta Qiu Chuji dilahirkan dengan nama Tongmi (通密), pada tanggal 10-Februari-1148, di Dengzhou, Nanyang. Ia adalah murid keempat dari Pendeta Wang Chongyang, pendiri Aliran Quanzhen, salah satu aliran dari Taoisme. Ia meninggal di Beijing, yang ketika itu bernama Yanjing, pada tanggal 22-Agustus-1227, di usianya yang ke-79 tahun.

Salah satu hal yang paling menonjol dalam hidupnya adalah perjumpaannya dengan Genghis Khan, yang mengundangnya secara khusus untuk menanyakan secara langsung mengenai banyak hal yang berkaitan dengan spiritualitas. Peristiwa ini terjadi menjelang akhir hidup Genghis Khan.

Bersama dengan adik seperguruannya, Wang Chuyi, ia juga diketahui pernah diundang ke istana oleh Kaisar Dinasti Jin, Wanyan Yong, atau Wulu, yang bergelar Kaisar Shizong, pada tahun 1187 untuk berkotbah. Saat itu Sang Kaisar sudah menjelang ajal.

Dibandingkan dengan saudara-saudara seperguruannya yang lain, Qiu Chuji adalah yang paling banyak dibicarakan di sepanjang sejarah, dan kisah hidupnya juga paling sering diangkat menjadi drama atau film layar lebar di dunia modern.

Ajaran Qiu Chuji mendapat simpati mendalam dari Genghis Khan, dan Khan memberikan status bebas pajak bagi semua cabang Perguruan Quanzhen yang berada di wilayah kekuasaannya. Ia mendirikan Biara Awan Putih di Yanjing, yang sampai saat ini masih berdiri. Alirannya lebih populer dengan sebutan Longmen atau Dragon Gate di dunia modern.

Wang Chuyi (王處一)

Wang Chuyi adalah murid kelima dari Pendeta Wang Chongyang.

Yu Huang (玉皇)

Bisa diterjemahkan menjadi ‘Kaisar Giok’. Tokoh ini adalah bagian dari mitologi Tiongkok kuno. Ia seringkali disebut dengan Yu Huang Shangdi (玉皇上帝), atau Yu Huang Dadi (玉皇大帝), seperti yang disinggung oleh Zhu Cong dalam Bab 2, ketika menyindir Wanyan Honglie.

Liu Yong ()

In 1003, Liu Yong wrote a Song Ci poetry named “Viewing Sea Tides” (望海潮·东南形胜) as a greeting letter to Sun He, a competent and well-known officer in Song Dynasty. The poetry’s popularity swept the region rapidly after its release. Since then, Liu Yong’s talent in literacy had become more widely known by people. Between the years 1004 and 1007, Liu Yong wrote three poems in terms of recalling the memories he had while living in Suzhou and Hangzhou.

Wanyan Liang ()

Digunai (24 February 1122 – 15 December 1161), also known by his sinicised name Wanyan Liang (完顏亮) and his formal title Prince of Hailing (海陵王, Hǎilíng Wáng), was the fourth emperor of the Jurchen-led Jin dynasty of China. He was the second son of Wanyan Zonggan, the eldest son of Aguda (Emperor Taizu) (the founder of the Jin dynasty). He came to power in 1150 after overthrowing and murdering his predecessor, Emperor Xizong, in a coup d’état. During his reign, he moved the Jin capital from Shangjing (present-day Acheng District, Harbin, Heilongjiang Province) to Yanjing (present-day Beijing), and introduced a policy of sinicisation. In 1161, after the Jin dynasty lost the Battle of Caishi against the Southern Song dynasty, Digunai’s subordinates rebelled against him and assassinated him. After his death, even though he ruled as an emperor during his lifetime, he was posthumously demoted to the status of a prince – “Prince Yang of Hailing” (海陵煬王) – in 1162 by his successor, Emperor Shizong. However, in 1181, Emperor Shizong further posthumously demoted him to the status of a commoner, hence he is also known as the “Commoner of Hailing” (海陵庶人).

Shangguan Jian Nan (上官剑南)

Shangguan Jiannan adalah mantan Ketua Kelompok Telapak Besi, yang adalah mantan anak buah Jendral Han Shizhong dari Dinasti Song. Ia juga adalah guru dari ketua saat ini, Qiu Qianren.

Konfusius (孔子)

Konfusius, atau dalam bahasa mandarin adalah Kong Fu Zi (孔夫子), atau disingkat Kong Zi (孔子), adalah seorang filsuf populer sepanjang masa dari era Dinasti Zhou di masa Peperangan Antar Negara (Warring States Period). Ia dilahirkan di negara bagian Lu, propinsi Shandong, pada tahun 551 SM, dan meninggal juga di wilayah tersebut di sekitar Sungai Si, pada tahun 479 SM, di usianya yang ke 71, menjelang 72 tahun.

Nama yang diberikan ketika masih kecil adalah Qiu (丘), dengan demikian menjadi Kong Qiu. Setelah beranjak dewasa, ia diberi nama Zhong Ni (仲尼), yang menandakan bahwa ia adalah seorang anak tengah.

Ayahnya meninggal ketika ia masih berusia tiga tahun, karena itu ia dibesarkan oleh ibunya Yan Zhengzai (顏徵在), yang akhirnya juga meninggal sebelum usia 40 tahun. Ketika berusia 19 tahun, Konfusius menikah dengan Qi Guan Shi (亓官氏), dan mereka mendapatkan putra pertama setahun kemudian, yang diberi nama Kong Li (孔鯉). Selanjutnya pasangan itu mendapatkan 2 orang putri, yang mana salah seorang di antaranya meninggal karena sakit di usia muda, dan yang satunya bernama Kong Jiao (孔姣).

Konfusius terlahir di lingkungan antara para bangsawan dan rakyat jelata, yaitu lingkungan Shi (士), yang menandakan para pelajar dan sastrawan. Di masa mudanya, ketika berusia 20 tahunan, ia tercatat bekerja sebagai penjaga perpustakaan dan juga pernah bekerja untuk merawat ternak demi mengupayakan upacara pemakaman yang layak bagi ibunya, yang meninggal ketika Konfisius berusia sekitar 23 tahun. Ketika itu ia berkabung selama tiga tahun, sesuai tradisi yang berlaku saat itu.

Konfusius memiliki karir politik yang serius, dan pernah diasingkan ke negara bagian Qi.

Salah satu artis di dunia modern ini yang diketahui sebagai keturunan generasi ke-76 dari Konfusius adalah Kong Lin (孔琳), yang memerankan Huang Rong dalam serial legendaris Return of The Condor Heroes versi 2006.

Kutipan-kutipan Yang Dipakai

Kutipan dari Xue’er (學而) pasal 1:1 adalah sebagai berikut:

Disederhanakan:

子曰。学而时习之、不亦说乎。有朋自远方来、不亦乐乎。人不知而不愠、不亦君子乎。

Tradisional:

子曰。學而時習之、不亦說乎。 有朋自遠方來、不亦樂乎。人不知而不慍、不亦君子乎。

Zǐ yuē. 
Xué ér shí xí zhī, bù yì shuō hū. 
Yǒupéng zì yuǎnfāng lái, bù yì lè hū. 
Rén bùzhī ér bù yùn, bù yì jūnzǐ hū.

Sang Guru bersabda:
"Bukankah sangat menyenangkan belajar dan melatih apa yang kau pelajari?
Bukankah menyenangkan juga dikunjungi kawan-kawan dari jauh?
Kalau masyarakat tidak mengenali aku dan hal itu tidak menggangguku,
bukankah itu berarti aku seorang terhormat?"

Dalam kutipan di atas, ‘Orang terhormat’ yang dimaksud adalah Jun Zi (君子), yang secara umum adalah sebutan bagi seorang putra bangsawan. Karakter Zi (子) ini dipakai untuk laki-laki, kalau perempuan akan menjadi Jun Zhu (君主). Misalnya, dalam Trilogi Rajawali buku ketiga, Zhao Min dipanggil Jun Zhu, yang sekaligus gelar kebangsawanannya. Tetapi dalam konteks ini, Konfusius memakai sebutan ini dengan makna lain, yaitu ditujukan bagi seseorang yang memiliki karakter terhormat, orang telah mencapai tingkat yang cukup tinggi dalam pengembangan karakternya, dalam arti punya rasa keadilan, atau Yi (義). Juga mencintai orang tua, atau Xiao (孝), dalam arti ‘berbakti’. Hubungan baik seara horizontal, atau Xin (信), dalam arti jujur dan bisa dipercaya. Dan masih banyak lagi aspek lainnya. Meskipun Jun Zi atau Jun Zhu adalah sosok yang punya karakter istimewa, tetapi ia masih dibedakan dari Shangren (聖人), yang dalam Kitab Lun Yu dianggap sebagai pribadi yang ‘Agung’, menjurus ke sifat-sifat ‘ilahi’, atau layak diagungkan, biasanya adalah sosok tokoh kuno yang menjadi model bagi sebuah kebenaran.

Huang Rong mengutip ucapan Konfusius tersebut pada baris kedua, yaitu yang bicara tentang ‘kunjungan kawan-kawan dari jauh’, meskipun pemahamannya sendiri tidak mendalam.

Sekilas Tentang Dali

Kaisar Selatan, Duan Zhixing baik dalam cerita ini maupun dalam sejarah nyata adalah cucu dari Duan Yu, atau Duan Heyu, yang adalah salah satu karakter utama dalam cerita Demi Gods and Semi Devils. Tak ada keterangan lengkap mengenai struktur keluarga Duan Yu sampai ke Duan Zhixing, yang bisa dipakai untuk menerangkan sebetulnya ia berasal dari selir Duan Yu yang mana.

Dalam sejarah real, ayah Duan Yu adalah Duan Zhengchun, yang dalam novel Jin Yong diceritakan sebagai ayah kandung dari semua adik perempuannya, meskipun awalnya tampil sebagai ayah kandungnya. Konflik internal Negeri Tayli dalam hal ini memang sungguh ada, tetapi dengan kalangan keluarga Gao yang memang berambisi untuk berkuasa, dan bukan dengan sesama Duan.

Secara tradisional para Raja Negeri Tayli memang punya kebiasaan untuk mengundurkan diri menjadi biksu.

Duan Yu sendiri bertahta selama 49 tahun sebelum mengundurkan diri menjadi biksu. Ia meninggal di usia 92-93 tahun.

Duan Zhixing bertahta selama 28 tahun, sampai ia meninggal pada tahun 1200. Tak ada catatan bahwa ia menjadi biksu mengikuti jejak leluhurnya.